Kisah Nabi Muhammad

Peristiwa Isra’ Mi’raj: Pertemuan dengan Musa dan Mendengar Goresan Pena Pencatat Takdir

Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Musa terjadi dua kali. Pertama di langit keenam, sebagaimana telah kita bahas di artikel sebelumnya. Kali kedua terjadi di langit ketujuh. Pengulangan pertemuan ini bukan suatu yang aneh. Kalau pertemuan ini memang diperlukan. Bahkan Nabi Muhammad berulang-ulang berjumpa dengan Nabi Musa setelah menerima wahyu shalat.

Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat sungai-sungai, dan Baitul Ma’mur, beliau kembali berjumpa dengan Musa ‘alaihissalam. Di tempat yang tak ada satu makhluk pun yang mencapai derajat setinggi itu. Hal ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan Musa ‘alaihissalam.

Kedudukan Nabi Musa

Penting bagi kita mengetahui kedudukan Nabi Musa ‘alaihissalam dalam kaca mata syariat. Karena selain mengetahui posisi dan keagungan beliau, hal ini juga menimbulkan kecintaan kita kepada beliau.

Pertama: Musa adalah kalimullah.

Nabi Musa ‘alaihissalam adalah satu-satunya rasul selain nabi kita Muhammad, yang diajak berdialog oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Terdapat sebuah riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu:

وَمُوسَى فِي السَّابِعَةِ بِتَفْضِيلِ كَلاَمِ اللهِ، فَقَالَ مُوسَى: رَبِّ لَمْ أَظُنَّ أَنْ يُرْفَعَ عَلَيَّ أَحَدٌ، ثُمَّ عَلاَ بِهِ فَوْقَ ذَلِكَ بِمَا لاَ يَعْلَمُهُ إِلاَّ اللهُ، حَتَّى جَاءَ سِدْرَةَ المُنْتَهَى

“Dan Musa berada di langit ketujuh karena keutamaannya sebagai kalimullah (orang yang diajak dialog oleh Allah). Musa berkata, ‘Rabbku, kukira tak ada seseorang pun yang diangkat mencapai apa yang aku capai’. Kemudian Jibril mengangkat Nabi Muhammad lebih tinggi lagi. Yang tak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Hingga Sidratul Muntaha.”

Riwayat ini menunjukkan ketinggian derajat Nabi Musa ‘alaihissalam. Beliau jelas-jelas berada di langit ketujuh. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menjelaskan alasannya, beliau adalah kalimullah. Beliau berada di tempat yang istimewa. Tempat yang tak dicapai para nabi lainnya. Allah Ta’ala telah memuliakannya sewaktu ia di dunia. Mengajaknya berdialog dan tidak mengajak nabi selainnya. Sampai diutusnya nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala mengajak beliau berdialog dan mengangkat kedudukan beliau melebihi Rasulullah Musa ‘alaihissalam.

Pertemuan ini berbeda dengan pertemuan keduanya di langit keenam. Di langit keenam, ada proses pengenalan. Nabi Musa ‘alaihissalam menangis saat berjumpa dengan Nabi Muhammad. Dan tangisan ini tak terjadi di perjumpaan kedua.

Kedua: Kedudukan Yang Tak Dicapai Nabi Lainnya

Diriwayatkan oleh al-Hakim dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radahiallahu ‘anhuma, beliau berkata ketika menafisrkan firman Allah Ta’ala:

وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا

“Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami).” [Quran Maryam: 52].

“Nabi mendengar suara goresan pena ketika menulis di atas al-Lauh (al-Mahfuzh).” (HR. al-Hakim, 3414).

Ayat ini berbicara tentang Musa ‘alaihissalam. Jadi, Musa sangat dekat posisinya dengan Allah Ta’ala. Kedekatan yang tak dijangkau oleh selainnya. Hal ini pula yang nanti akan terjadi para nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga: Perjumpaan setelah menerima wahyu shalat.

Usai berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla dan wahyu shalat, nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa kembali dengan Nabi Musa ‘alaihissalam. Tak ada satu pun keterangan yang shahih, yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad berjumpa dengan selain Musa. Atau melewati sesuatu yang perlu dijelaskan faidahnya. Beliau hanya berjumpa dengan Musa. Tentu hal ini semakin menegaskan kedudukan Nabi Musa ‘alaihissalam. Pertemuan yang terjadi setelah perjumpaan beliau dengan Allah.

Dari sini kita bisa mengambil faidah, mengapa Alquran begitu banyak menceritakan dan menyebutkan tentang Nabi Musa ‘alaihissalam.

Mendengar Goresan Pena Pencatat Takdir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثُمَّ عُرِجَ بِي حَتَّى ظَهَرْتُ لِمُسْتَوَى أَسْمَعُ فِيهِ صَرِيفَ الأَقْلاَمِ

“Kemdian aku dinaikkan hingga mencapai suatu tempat yang aku bisa mendengar goresan pena.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab ash-Shalah 342 dan Muslim dalam Kitab al-Iman 163).

Yang dimaksud suara goresan pena adalah suara goresan pena-pena para malaikat yang mencatat takdir yang Allah Ta’ala tentukan. Para malaikat memiliki buku catatan. Mereka menulisinya dengan pena-pena mereka. Allah Ta’ala menetapkan malaikat di langit menulis sebagaimana malaikat di bumi pun menulis. Seperti dijelaskan dalam hadits bahwa di hari Jumat malaikat menulis nama-nama yang mereka yang masuk masjid sebelum khotib naik mimbar.

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلاَئِكَةٌ يَكْتُبُونَ الأَوَّلَ فَالأَوَّلَ، فَإِذَا جَلَسَ الإِمَامُ طَوَوُا الصُّحُفَ، وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ..

“Jika hari Jumat tiba, pada tiap pintu-pintu masjid terdapat malaikat. Mereka mencatat orang-orang berdasarkan kedudukan mereka. Yang datang pertama mendapat kedudukan pertama. Jika imam duduk, mereka tutup lembar catatan dan masuk untuk mendengar dzikir (khutbah)…” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Bad’u al-Wahyi 3039 dan Muslim dalam Kitab al-Jum’ah, 850. Lafadz hadits ini adalah lafadz riwayat Muslim).

Setelah ini semua, barulah terjadi perjumpaan dengan Allah Ta’ala. Membaca dan memahami rangkaian perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam isra’ mi’raj membantu kita memahami akidah yang agung, yakni bahwa Allah Ta’ala berada di atas. Tinggi di atas semua makhluknya. Akidah yang agung ini sesuai dengan kemuliaan Allah Ta’ala. Dan kelirulah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala berada dimana-mana.

Sumber:
– https://islamstory.com/ar/artical/3406665/لقاء-موسى-وصريف-الأقلام

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

Flashdisk Video Belajar Iqro - Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28