Kisah Nabi Muhammad

Perjalanan Isra’ Mi’raj: Rasulullah Melihat Telaga Kautsar

Orang Arab menggunakan kata al-Kautsar untuk menggambarkan sesuatu yang banyak. Dan al-Kautsa itu banyak airnya. Banyak cangkir dan gelasnya. Banyak keberkahannya. Dan banyak kebaikannya. Al-Kautsar adalah anugerah yang Allah Jalla wa ‘Ala berikan khusus untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karunia yang Besar

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الجَنَّةِ، إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ المُجَوَّفِ، قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ، الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ. فَإِذَا طِينُهُ -أَوْ طِيبُهُ- مِسْكٌ أَذْفَ

““Ketika kami berjalan di surga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya, ‘Apa ini, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Inilah al-kautsar yang Allah Ta’ala berikan untukmu.’ Ternyata tanahnya atau bau wanginya terbuat dari minyak misk adzfar.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, 6210).

Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dengan sanad yang shahih dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَاليَاقُوتِ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ المِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ العَسَلِ، وَأَبْيَضُ مِنَ الثَّلْجِ

“Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya dari emas. Airnya mengalir di atas mutiara. Tanahnya lebih wangi dari misk. Airnya lebih manis dari madu. Dan warnanya lebih putih dari salju.” (HR. at-Turmudzi 3361).

Dalam Musnad Imam Ahmad terdapat sebuah hadits shahih dari Anas radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُعْطِيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي كَذَا عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ، حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، لَيْسَ مَشقُوقًا، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكَةٌ ذَفِرَةٌ، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ

“Diberikan padaku al-Kautsar. Ia adalah sebuah sungai yang mengalir seperti sungai di bumi. Kedua tepinya terdapat kemah-kemah yang tersusun dari mutiara. Tidak dalam sungainya. Aku menapakkan tanganku ke tanahnya, ternyata (seharum) misiknya yang sangat wangi. Dan ternyata kerikilnya adalah mutiara.” (HR. Ahmad 12564).

Dalam riwayat lain terdapat sedikit perbedaan lafadz, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia membaca ayat:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُعْطِيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي، وَلَمْ يُشَقَّ شَقًّا، فَإِذَا حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكَةٌ ذَفِرَةٌ، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ

“Aku diberikan al-Kautsar. Ternyata ia adalah sungai yang mengalir. Sungainya tidak dalam. Kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara. Aku menyentuhkan tanganku ke tanahnya, dan ternyata ia seharum minyak kesturi yang sangat harum baunya, dan ternyata batu-batu kerikilnya dari mutiara.” (HR. Ahmad 13603).

Dalam riwayat al-Bukhari dari Nas radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

لَمَّا عُرِجَ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ: “أَتَيْتُ عَلَى نَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ مُجَوَّفًا، فَقُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimi’rajkan ke langit. Beliau berkisah, ‘Aku mendatangi sebuha sungai. Kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara yang berongga’. Aku bertanya, ‘Jibril, apa ini?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah al-Kautsar’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir, 4680).

Inilah sungai atau telaga al-Kautsar yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:

{إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ} [الكوثر: 1-3]،

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” [Quran Al-Kautsar: 1-3].

Dalam sebuah riwayat al-Bukhari dari Abu Ubaidah yang bertanya kepada Aisyah, tentang firman Allah:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”

Beliau menjawab,

نَهَرٌ أُعْطِيَهُ نَبِيُّكُمْ صلى الله عليه وسلم، شَاطِئَاهُ عَلَيْهِ دُرٌّ مُجَوَّفٌ، آنِيَتُهُ كَعَدَدِ النُّجُومِ

“Sebuah sungai yang diberikan kepada nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedua tepinya terdapat kemah dari mutiara yang berongga. Banyak wadah minumnya sebanyak bintang-bintang di langit.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir 4681).

Demikian juga dalam riwayat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dalam Sunan at-Turmudzi dengan sanad yang shahih, tentang firman Allah:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هُوَ نَهْرٌ فِي الجَنَّةِ”. قال: فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “رَأَيْتُ نَهْرًا فِي الجَنَّةِ حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ. قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَهُ اللهُ”

“Ia adalah sungai di surga.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku melihat sungai di surga yang kedua tepinya terdapat kemah-kemah dari mutiara. Aku bertanya, ‘Apa itu Jibril?’ Ia menjawab, ‘Itulah adalah al-Kautsa yang Allah berikan untukmu’.” (HR. at-Turmudzi 3359 dan Ahmad 12697).

Sungai al-Kautsar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada kita bagaimana wujud Sungai al-Kautsar. Beliau sifati sungai itu cukup terperinci. Sampai seolah-olah kita melihat atau mampu membayangkan keadaannya dan suasana yang ada di sana.

Sungai al-Kautsar adalah sebuah sungai yang mengalir di atas tanah surga. Sungainya bukanlah sungai yang dalam. Hal itu bisa kita pahami dari ungkapan-ungkapan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ

“Mengalir di atas bumi.”

لَيْسَ مَشقُوقً

“Tidak dalam.”

Dalam riwayat lain,

فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي، وَلَمْ يُشَقَّ شَقًّا

“Ternyata ia adalah sungai yang mengalir. Dan tidak dalam.”

Sungai yang dangkal, yang dasarnya terlihat dari permukaan akan tampak lebih indah dan menyenangkan dibanding sungai dalam yang bagian dasarnya tak terlihat. Ditambah lagi tanah bagian dasarnya wangi. Lebih wangi dari kasturi. Dan kerikil-kerikilnya adalah mutiara dan batu-batu mulia. Sehingga sungai ini dipandangi menyenangkan hati. Mandi dan bermain di dalamnya tidak membuat takut. Aromanya menyenangkan. Membuat bertambah segar dan wangi.

Dua tepiannya adalah emas. Dan berdiri bangunan berupa kemah-kemah indah yang terbuat dari mutiara. Tergambar dari kita alangkah mewah, di sisi lain tetap terasa sederhana. Karena kemah bukan gedung-gedung menjulang. Sambil bermanin di sungai, para penghuni surga bisa bersantai di sisinya dengan mengambil wadah-wadah minum yang indah. Jumlahnya tak terbatas. Bagaikan bintang-bintang di angkasa.

Sungai itu memiliki rasa, warna, dan aroma yang sangat berbeda dengan sungai-sungai dunia. Rasanya lebih manis dari madu. Warnanya lebih jernih dari embun. Dan aromanya lebih wangi dari kasturi. Inilah telaga al-Kautsar yang disediakan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya.

Ketika berada di langit pertama, ditampakkan pula kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam al-Kautsar. Berikut ini kita ulangi kembali kisahnya. Agar kita tahu lebih detil tentang keadaan sungai yang indah ini. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan apa yang dilihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau melihat Sungai Nil dan Eufrat.

“ثُمَّ مَضَى بِهِ فِي السَّمَاءِ، فَإِذَا هُوَ بِنَهَرٍ آخَرَ عَلَيْهِ قَصْرٌ مِنْ لُؤْلُؤٍ وَزَبَرْجَدٍ، فَضَرَبَ يَدَهُ فَإِذَا هُوَ مِسْكٌ أَذْفَرُ، قَالَ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟، قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ الَّذِي خَبَأَ لَكَ رَبُّكَ

“Kemudian aku terus berjalan di langit. Ternyata ada sungai lainnya. Terdapat sebuah istana dari mutiara dan intan. Nabi memukul dengan tangannya, ternyata baunya seperti minyak wangi adlfar’. Nabi bertanya, ‘Ini apa wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah telaga al-Kautsar yang sengaja disimpan oleh Tuhanmu untukmu’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid 7079).

Telaga Rasulullah

Pemahaman kita tentang al-Kautsar akan semakin utuh jika kita mengangkat pembicaraan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak sekali riwayat yang menceritakan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut ini riwayat-riwayat tentang telaga tersebut yang berkaitan dengan al-Kautsar.

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ، كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ”، قالوا: يا رسول الله أتعرُفنا يومئذٍ؟ قال: “نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لأَحَدٍ مِنَ الأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا، مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ

“Sesungguhnya telagaku lebih luas dibanding jarak antara Ailah (terletak di perbatasan antara Mesir dan Syam/Palestina) dengan kota Aden (Yaman). Telagaku lebih putih dibanding salju. Lebih manis dibanding madu yang dicampur dengan susu. Bejananya lebih banyak dibanding jumlahnya bintang. Dan aku akan menghalang-halangi orang lain, layaknya seseorang yang menghalang-halangi onta orang lain (agar tidak minum) dari telaganya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah kala itu engkau dapat mengenali kami?” Beliau menjawab, “Ya, kalian memiliki pertanda yang tidak dimiliki oleh siapapun dari umat-umat lain. Kalian datang kepadaku dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kedua kaki kalian bercahaya dari bekas berwudhu.” (HR. Muslim dalam Kitab ath-Thaharah, 247).

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih dari Tsauban radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَوْضِي مِنْ عَدَنَ إِلَى عَمَّانَ البَلْقَاءِ، مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ، وَأَكْوَابُهُ عَدَدُ نُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا، أَوَّلُ النَّاسِ وُرُودًا عَلَيْهِ فُقَرَاءُ المُهَاجِرِينَ، الشُّعْثُ (المتفرِّقُو الشعر) رُءُوسًا، الدُّنْسُ (الوسخ) ثِيَابًا، الَّذِينَ لاَ يَنْكِحُونَ المُتَنَعِّمَاتِ، وَلاَ تُفْتَحُ لَهُمُ أَبْوَابُ السُّدَدِ

“Luasnya telagaku adalah seluas antara Aden sampai Oman al-Balqa’. Airnya lebih putih dari air susu. Lebih manis dari madu. Dan cangkir-cangkirnya sebanyak bilangan bintang di langit. Barangsiapa yang minum satu tegukan air darinya niscaya setelah itu tidak akan merasa haus selamanya. Orang pertama yang mengunjunginya adalah orang orang fakir dari sahabat muhajirin. Yang rambut kepalanya acak-acakan. Pakaiannya kumal dan mereka mereka yang tidak menikahi wanita-wanita yang hidup dalam kemewahan. Dan orang yang tidak dibukakan pintu (apabila bertamu atau mengetuk pintu rumah orang).” (HR. at-Turmudzi 2444 dan Ahmad 22421. Syu’aib al-Arnauth mengatakan, “Hadits ini shahih tanpa lafadz ‘Orang pertama yang mengunjunginya adalah orang orang fakir dari sahabat muhajirin.. sampai akhir hadits. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Turmudzi 2/584-585).

Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dengan sanad yang shahih, Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu berkata,

يا رسول الله ما آنِيَةُ الحَوْضِ؟ قال: “وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا فِي لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ مُصْحِيَةٍ مِنْ آنِيَةِ الجَنَّةِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهَا شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ، آخِرَ مَا عَلَيْهِ عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَا بَيْنَ عُمَانَ إِلَى أَيْلَةَ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ”

“Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah ada gelas-gelas di dalam telaga surga?’ Beliau menjawab, ‘Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh gelas-gelasnya sebanyak bilangan bintang-bintang di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barangsiapa yang minum air telaga tersebut, ia tidak akan merasa haus selamanya. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Oman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. at-Turmudzi dalam Kitab Sifat al-Qiyam ar-Raqa-iq wa al-Wara’, Sifat Awani al-Haudh 2445. Ahmad 21365. Syu’aib al-Arnauth mengomentari sanadnya shahih berdasarkan syarat Muslim. Dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Turmudzi, 2/585).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ، وَمَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ الْوَرِقِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ، فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلاَ يَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدًا

“Telagaku (sejauh) perjalanan sebulan. Ujung-ujungnya sama. Airnya lebih putih daripada perak. Aromanya lebih wangi daripada kesturi. Dan mengkuk-mangkuknya seperti (jumlah) bintang-bintang langit. Barang-siapa yang minum darinya maka tidak akan kehausan selamanya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq 6208 dan Muslim dalam Kitab al-Fadha-il 2292. Dan ini lafadz Muslim).

Inilah riwayat-riwayat tentang sifat telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jelas bagi kita kemiripan atau bahkan kesamaan antara keduanya. Warna, rasa, aroma, dan jumlah tempat minumnya menunjukkan keserupaan. Bahkan dalam riwayat Muslim ditegaskan bahwa al-Kautsar dan telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu hal yang sama.

Diriwayatkan Muslim dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

بَيْنَا رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يومٍ بين أظهرنا إذ أغفى إغفاءةً، ثم رفع رأسَهُ متبسِّمًا، فقلنا: ما أضحكك يا رسول الله؟ قال: “أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ” فَقَرَأَ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ} [الكوثر: 1-3]، ثم قال: “أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ؟” فقلنا: الله ورسوله أعلم. قال: “فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عز وجل، عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ، هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ، فَيُخْتَلَجُ [16] الْعَبْدُ مِنْهُمْ، فَأَقُولُ: رَبِّ، إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي. فَيَقُولُ: مَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ”. زَادَ ابن حجر فِي حَدِيثِهِ: “بَيْنَ أَظْهُرِنَا فِي الْمَسْجِدِ”. وَقَالَ: “مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ”

“Pada suatu hari ketika Rasulullah bersama kami, tiba-tiba beliau tertidur, kemudian mengangkat kepalanya dalam keadaan tersenyum. Kami bertanya, ‘Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Baru saja diturunkan kepadaku satu surat’. Lalu beliau membaca, ‘Bismillahirrahmanirrahim, Inna A’thainaka al-Kautsar Fashalli Lirabbika Wanhar, Inna Syani’aka Huwa al-Abtar.’ Kemudian beliau berkata, ‘Apakah kalian tahu, apakah al-Kautsar itu?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau bersabda, ‘Ia adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku kepadaku. Padanya terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga tempat umatku menemuiku pada hari kiamat. Bejana-bejananya sebanyak jumlah bintang. Lalu ada seorang hamba dari umatku terhalang darinya, aku berkata, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya dia termasuk umatku’. Allah berfirman, ‘Kamu tidak tahu sesuatu yang terjadi setelah (meninggalmu)’.” (HR. Muslim dalam Kitab ash-Shalah 400).

Dalam riwayat ini terdapat penjelasan yang tegas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika beliau ditanya tentang al-Kautsar, beliau jawab itu adalah sungai dan telaga. Dua kata ini beriringan. Sehingga dapat kita pahami, Telaga al-Kautsar sumber airnya berasal dari Sungai al-Kautsar.

Jadi, dapat kita simpulkan. Sungai al-Kautsar adalah sungai yang besar. Yang sumber airnya berasal dari Surga Firdaus sebagaimana sungai-sungai surga yang lain. Kemudian sungai ini mengalir ke surga. Dan juga mengalir ke langit dunia (langit pertama). Kemudian di hari kiamat, sungai yang di langit pertama ini mengalir hingga ke bumi. Mengaliri telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana sumber air Sungai Eufrat dan Nil. Hanya saja, kedua sungai ini mengalir di masa hidup kita sekarang. Dan manusia meminum serta memanfaatkannya dengan berbagai pemanfaatan, di masa sekarang. Adapun al-Kautsar akan mengalir di hari kiamat. Dan hanya orang-orang beriman saja yang diizinkan meminumnya.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang istiqomah memegang ajarannya. Sehingga kita dimasukkan golongan orang-orang beriman yang menikmati minuman dari telaga beliau, Telaga al-Kautsar.

Sumber:
– https://islamstory.com/ar/artical/3406671/نهر-الكوثر-في-المعراج

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

Flashdisk Video Belajar Iqro - Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28