السؤال
كيف كانت الحياة في ” الجزيرة العربية ” قبل مجيء الإسلام إليها ؟
Pertanyaan:
Bagaimana kehidupan di jazirah Arab sebelum datangnya agama Islam?
الجواب
الحمد لله. كانت الجزيرة العربية قبل مجيء الإسلام في شر حال ، فلما امتنَّ عليهم بالإسلام ، وصاروا من أهله ، وأبنائه : صار أهل الجزيرة في خير حال ، فقد سادوا الأمم ، وأصبحوا خير أمة أخرجت للناس . ويتمثل السوء الذي وُجد في الجزيرة العربية قبل الإسلام في مظاهر كثيرة ، لا نستطيع حصرها في هذا الجواب لكثرتها ، ولا يمنع هذا أن نذكر أبرز تلك المظاهر ، ومنها :
Jawaban:
Segala puji bagi Allah. Sebelum kedatangan Islam, Jazirah Arab berada dalam keadaan yang paling buruk. Ketika mereka dianugerahi Islam dan menjadi pemeluknya dan generasinya, maka penduduk Jazirah ini berada dalam sebaik-baik keadaan. Mereka mampu mendominasi bangsa-bangsa lain dan menjadi sebaik-baik bangsa yang pernah keluar di tengah umat manusia. Keburukan yang ada di Jazirah Arab di masa sebelum Islam berwujud dalam banyak bentuk, yang tidak dapat kami sebutkan semua dalam jawaban ini saking banyaknya. Akan tetapi, hal itu tidak menghalangi kami untuk menyebutkan beberapa bentuknya yang paling nampak, di antaranya adalah sebagai berikut:
أ. في جانب العقيدة :
1. كان العرب يعبدون الأصنام ، ويتقربون لها ، ويذبحون عندها ، ويعظمونها التعظيم كله ، وهي من صنع أناسٍ مثلهم من البشر ، وأحياناً تكون من صنع أيديهم ، من التمر ، أو الطين ، أو غيرها ، وكان عدد الأصنام التي حول الكعبة المشرفة حوالي 360 صنماً . قال تعالى واصفاً أولئك الجاهليين: وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
A. Dari sisi Akidah
1. Orang-orang Arab dahulu menyembah berhala, mempersembahkan kurban untuknya, menyembelih di sisinya, dan mengagungkan semua berhala mereka dengan seagung-agungnya. Padahal berhala-berhala itu dibuat oleh manusia seperti mereka, bahkan terkadang dibuat dengan tangan mereka sendiri dari kurma, tanah liat, atau yang lainnya. Jumlah berhala di sekitar Ka’bah yang mulia kala itu ada sekitar 360 berhala. Allah Subẖānahu wa Ta’ālā berfirman menyifati orang-orang Jahiliah tersebut,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
“Mereka menyembah selain Allah, yaitu sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bahaya kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, sembari mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah.'” (QS. Yunus: 18).
2. وكانوا يتطيرون : فإذا أراد أحدهم زواجاً ، أو سفراً ، أو تجارة : ألقى طيراً في السماء ، فإن ذهب يميناً : مضى في أمره ، واعتقد فيه الخير والنفع ، وإن ذهب الطير شمالاً : أحجم عن أمره ، وترك المضي فيه ، واعتقد فيه الشرَّ ! .
2. Mereka meyakini praktik Taṭayyur. Jika salah seorang dari mereka ingin menikah, bepergian, atau berbisnis, dia akan melepaskan seekor burung ke langit. Jika ia terbang ke kanan, dia akan melanjutkan rencananya karena meyakini bahwa dalam hal itu ada kebaikan dan manfaat. Jika ia terbang ke kiri, dia akan menahan diri dari rencananya dan membatalkannya karena meyakini bahwa dalam hal itu ada kecelakaan!
وكانوا يتشاءمون : فإذا سمع أحدهم صوت بومة ، أو رأى غراباً : ضاق صدره ، واعتقد أنه سيصيبه ضرر أو أذى في يومه ، وكانوا لا يتزوجون في شوال ؛ اعتقاداً منهم بأنه لن يكتب له النجاح .
Mereka juga meyakini praktik Tasyāʾum. Jika salah satu seorang dari mereka mendengar suara burung hantu atau melihat burung gagak, maka hatinya menjadi sesak dan meyakini bahwa dia akan tertimpa bahaya atau tersakiti di hari itu. Mereka juga tidak menikah di bulan Syawal karena meyakini hal itu tidak akan mendatangkan keberuntungan.
3. كان ولاء أهل الجزيرة العربية يتوزع على القوى العظمى في زمانهم ، فبضعهم ولاؤه للروم ، وآخرون للفرس ، وثالث للحبشة .
3. Loyalitas orang-orang Jazirah Arab terpecah-pecah atas kekuatan-kekuatan besar pada masa mereka. Sebagian mereka memberikan loyalitas pada Romawi, sebagian lainnya pada Persia, dan kelompok ketiga pada Habasyah.
ب. في جانب الأخلاق والسلوك والعادات :
1. كان العرب في الجاهلية يغزو بعضهم بعضاً ، ويقتل بعضهم بعضاً ، لأتفه الأسباب ، وتطول الحروب بينهم لأعوامٍ عديدة ، فيُقتل الرجال ، وتُسبى النساء والأطفال .
B. Dari sisi akhlak, norma, dan adat istiadat.
1. Orang-orang Arab pra-Islam saling serang dan saling bunuh walaupun hanya karena alasan sepele. Peperangan di antara mereka akan berlangsung lama hingga bertahun-tahun. Laki-laki dibunuh dan para perempuan dan anak-anak ditawan.
ومن ذلك : ” حرب البسوس ” وقد دامت ثلاثين سنة ، بسبب أن ناقة وطئت بيضة ” قبَّرة ” – نوع من أنواع الطيور – فكسرتها ، ومنها : ” حرب داحس والغبراء ” ، وقد دامت أربعين سنة ، بسبب أن فرساً غلبت أخرى في الجري .
Termasuk di antaranya adalah Perang al-Basūs yang berlangsung selama tiga puluh tahun, karena seekor unta betina yang menginjak telur Qubbarah –sejenis burung– hingga pecah. Ada juga perang Dāẖis wal Ghubarāʾ yang berlangsung selama empat puluh tahun, karena seekor kuda yang mengalahkan kuda lain ketika balapan kuda.
2. كانوا لا يتنزهون عن الخبائث ، ومنها أنهم كانوا يأكلون الميتة ، ويشربون الدم .
2. Mereka tidak menjauhi perbuatan-perbuatan yang menjijikkan, seperti memakan bangkai dan meminum darah.
3. كان غير القرشيين يطوفون بالكعبة عراة نساء ورجالاً ، إن لم يمن عليهم القرشيون بثياب من عندهم ، ويعتقدون أن ثياباً عصي الله فيها لا تصلح أن يطاف بها ، وتقول قائلتهم : اليوم يبدو كله أو بعضه وما بدا منه فلا أحلُّه !!
3. Orang-orang selain dari kaum Quraisy akan melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah dengan telanjang, baik laki-laki maupun perempuan, jika orang-orang Quraisy tidak memberi mereka baju. Mereka meyakini bahwa baju yang mereka gunakan ketika bermaksiat kepada Allah tidak layak jika dipakai ketika tawaf. Salah seorang wanita mereka berkata, “Pada hari ini telah nampak semuanya atau sebagiannya. Adapun yang telah nampak darinya, maka aku tidak menghalalkannya.”
4. وكان الزنا منتشراً بينهم ، وكذا آثاره ، ومن أعظمها : نسبة الولد لغير الزوج .عن عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قالت : إَنَّ النِّكَاحَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ كَانَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَنْحَاءٍ
4. Zina dan dampak-dampaknya telah tersebar luas di tengah mereka, di antara dampaknya yang paling fatal adalah menasabkan anak bukan kepada suaminya. Diriwayatkan dari Aisyah –semoga Allah meridainya–, istri Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, dia berkata bahwa pernikahan di era pra-Islam ada empat jenis.
فَنِكَاحٌ مِنْهَا : نِكَاحُ النَّاسِ الْيَوْمَ يَخْطُبُ الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ وَلِيَّتَهُ أَوْ ابْنَتَهُ فَيُصْدِقُهَا ثُمَّ يَنْكِحُهَا .
Di antara pernikahan tersebut adalah pernikahan yang sebagaimana dilakukan orang-orang pada zaman sekarang di mana seorang laki-laki mendatangi lelaki lain untuk meminang wanita yang di bawah perwaliannya atau anaknya, kemudian memberi mahar lalu menikahinya.
وَنِكَاحٌ آخَرُ : كَانَ الرَّجُلُ يَقُولُ لِامْرَأَتِهِ إِذَا طَهُرَتْ مِنْ طَمْثِهَا أَرْسِلِي إِلَى فُلَانٍ فَاسْتَبْضِعِي مِنْهُ وَيَعْتَزِلُهَا زَوْجُهَا وَلَا يَمَسُّهَا أَبَدًا حَتَّى يَتَبَيَّنَ حَمْلُهَا مِنْ ذَلِكَ الرَّجُلِ الَّذِي تَسْتَبْضِعُ مِنْهُ فَإِذَا تَبَيَّنَ حَمْلُهَا أَصَابَهَا زَوْجُهَا إِذَا أَحَبَّ وَإِنَّمَا يَفْعَلُ ذَلِكَ رَغْبَةً فِي نَجَابَةِ الْوَلَدِ فَكَانَ هَذَا النِّكَاحُ نِكَاحَ الِاسْتِبْضَاعِ .
Bentuk pernikahan lainnya (kedua), yaitu seorang suami berkata kepada istrinya yang baru suci dari haidnya, ‘Temuilah si fulan dan mintalah bersetubuh dengannya.’ Setelah itu, sang suami menjauhinya dan tidak berhubungan badan dengannya sama sekali sampai jelas bahwa dia telah hamil oleh lelaki yang telah diajak bersetubuh itu. Jika sudah benar-benar hamil, suaminya itu akan menggaulinya lagi jika dia mau. Ia melakukan hal itu, hanya demi mengharapkan keturunan yang baik. Nikah seperti ini dahulu disebut nikah Istibḍhāʾ (Nikah Minta Disetubuhi).
وَنِكَاحٌ آخَرُ : يَجْتَمِعُ الرَّهْطُ مَا دُونَ الْعَشَرَةِ فَيَدْخُلُونَ عَلَى الْمَرْأَةِ كُلُّهُمْ يُصِيبُهَا فَإِذَا حَمَلَتْ وَوَضَعَتْ وَمَرَّ عَلَيْهَا لَيَالٍ بَعْدَ أَنْ تَضَعَ حَمْلَهَا أَرْسَلَتْ إِلَيْهِمْ فَلَمْ يَسْتَطِعْ رَجُلٌ مِنْهُمْ أَنْ يَمْتَنِعَ حَتَّى يَجْتَمِعُوا عِنْدَهَا تَقُولُ لَهُمْ قَدْ عَرَفْتُمْ الَّذِي كَانَ مِنْ أَمْرِكُمْ وَقَدْ وَلَدْتُ فَهُوَ ابْنُكَ يَا فُلَانُ تُسَمِّي مَنْ أَحَبَّتْ بِاسْمِهِ فَيَلْحَقُ بِهِ وَلَدُهَا لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَمْتَنِعَ بِهِ الرَّجُلُ .
Bentuk pernikahan lainnya (ketiga), sekelompok orang yang berjumlah kurang dari sepuluh orang menemui seorang wanita lalu mereka semua menggaulinya. Jika ternyata wanita itu telah hamil dan melahirkan, maka setelah berlalu satu malam setelah melahirkan, wanita itu mengirim utusan untuk menemui para lelaki tersebut di mana tidak seorang pun dari mereka boleh menolak. Kemudian mereka semua berkumpul di tempat si wanita itu, lalu dia berkata kepada mereka, “Kalian sudah tahu apa yang dahulu pernah kalian lakukan. Aku telah melahirkan seorang anak dan ini adalah anakmu, wahai Fulan.” Yakni, wanita itu menyebut nama salah seorang dari mereka yang ia sukai lalu anaknya dinasabkan kepadanya, di mana dia tidak boleh mengelak dari hal itu.
وَنِكَاحُ الرَّابِعِ : يَجْتَمِعُ النَّاسُ الْكَثِيرُ فَيَدْخُلُونَ عَلَى الْمَرْأَةِ لَا تَمْتَنِعُ مِمَّنْ جَاءَهَا وَهُنَّ الْبَغَايَا كُنَّ يَنْصِبْنَ عَلَى أَبْوَابِهِنَّ رَايَاتٍ تَكُونُ عَلَمًا فَمَنْ أَرَادَهُنَّ دَخَلَ عَلَيْهِنَّ فَإِذَا حَمَلَتْ إِحْدَاهُنَّ وَوَضَعَتْ حَمْلَهَا جُمِعُوا لَهَا وَدَعَوْا لَهُمْ الْقَافَةَ ثُمَّ أَلْحَقُوا وَلَدَهَا بِالَّذِي يَرَوْنَ فَالْتَاطَ بِهِ وَدُعِيَ ابْنَهُ لَا يَمْتَنِعُ مِنْ ذَلِكَ . فَلَمَّا بُعِثَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَقِّ هَدَمَ نِكَاحَ الْجَاهِلِيَّةِ كُلَّهُ إِلَّا نِكَاحَ النَّاسِ الْيَوْمَ . رواه البخاري ( 4834 ) .
Bentuk pernikahan keempat, orang banyak berkumpul lalu menggauli seorang wanita. Dia tidak menolak orang yang menggaulinya karena memang dia termasuk para pelacur. Mereka menancapkan bendera pada pintu-pintu rumah mereka sebagai tanda, sehingga barang siapa yang menginginkan mereka, ia boleh bersetubuh dengan mereka. Ketika salah seorang dari mereka telah hamil dan melahirkan, orang-orang tersebut dikumpulkan untuknya lalu diundang beberapa Qāfah (ahli menebak nasab dengan firasat atau ciri-ciri fisik, pent.). Mereka lalu menentukan ayah dari anak itu kepada seseorang berdasarkan dugaan mereka, lalu menasabkannya kepadanya. Orang yang mendapatkan anak ini tidak bisa mengelak dari hal ini. Ketika Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus dengan membawa kebenaran, beliau memusnahkan semua pernikahan jahiliah ini, kecuali pernikahan yang dilakukan orang-orang hari ini. (HR. Bukhari 4834).
( فيُصدقها ) : يجعل لها مهراً
Memberi mahar kepada wanita.
( طمثها ) : حيضها
masa haidnya.
( فاستبضعي منه ) : اطلبي منه المباضعة ، وهي المجامعة
Mintalah kepadanya agar digauli, maksudnya meminta melakukan hubungan badan.
( نجابة الولد ) : أي ليكون نفيساً في نوعه ، وكانوا يطلبون ذلك من أشرافهم ، ورؤسائهم ، وأكابرهم
Maksudnya agar genetisnya bagus, mereka memintanya kepada orang-orang mulia, pemimpin, atau sesepuh mereka.
( الرهط ) : ما دون العشرة من الرجال
Sejumlah lelaki kurang dari sepuluh orang.
( يصيبها ) : يجامعها
Berhubungan badan dengannya.
( البغايا ) : جمع بغي وهي الزانية
Bentuk jamak dari Baghiyyu yang berarti pezina.
( رايات ) جمع راية وهي شيء يرفع ليلفت النظر
Bentuk jamak dari Rāyah, yaitu sesuatu yang ditinggikan untuk menarik pandangan mata.
( علماً ) : علامة
Tanda.
( القافة ) : جمع قائف ، وهو الذي ينظر في الملامح ويُلحق الولد بمن يرى أنه والده .
Bentuk jamak dari Qāʾif, yaitu orang yang melihat dari ciri-ciri fisik untuk menetapkan nasab kepada orang yang dia prediksi sebagai bapaknya.
( فالتاط به ) : فالتحق به ، والتصق .
Dihubungkan kepadanya. Dinasabkan kepadanya.
5. وكانوا يقتلون أولادهم بسبب ما هم فيه من فقر ، وبسبب خوفهم من الوقوع في الفقر ، وكان بعضهم يدفنون بناتهم خشية وقوعهن في الأسر ، وجلب العار لهم
5. Mereka membunuh anak-anak mereka karena faktor kemiskinan atau takut mereka akan terjatuh ke dalam kemiskinan. Sebagian mereka mengubur anak perempuan mereka karena takut mereka akan tertawan di kemudian hari atau mendatangkan malu bagi mereka.
قال تعالى : ( وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ) الأنعام من الآية 151 وقال تعالى : ( وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئاً كَبِيراً ) الإسراء من الآية 31 وقال عز وجل : ( وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ ) النحل من الآية 58 – 59 .
Allah Subẖānahu wa Ta’ālā berfirman:
وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ
“Janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al-An’am: 151).
Dia juga berfirman,
وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئاً كَبِيراً
“Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’: 31).
Begitu pula firman-Nya Jalla wa ʿAlā,
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدّاً وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59).
6. كان عندهم الفخر بالآباء والنسب ، حتى إنهم ليذكرون آباءهم ويفتخرون بهم في موسم الحج ، وأثناء إقامة شعائره . عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ
6. Mereka berbangga-bangga dengan ayah dan nasab mereka, hingga mereka menyebut-nyebut dan berbangga-bangga dengannya ketika musim ibadah haji dan ketika mengerjakan manasiknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridainya– bahwa beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالآبَاءِ ؛ مُؤْمِنٌ تَقِىٌّ ، وَفَاجِرٌ شَقِىٌّ ؛ أَنْتُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ ، لَيَدَعَنَّ رِجَالٌ فَخْرَهُمْ بِأَقْوَامٍ إِنَّمَا هُمْ فَحْمٌ مِنْ فَحْمِ جَهَنَّمَ ، أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنَ الْجِعْلاَنِ الَّتِى تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتْنَ ) رواه الترمذي ( 3955 ) وأبو داود ( 5116 ) وحسَّنه الألباني في ” صحيح الترمذي “
“Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan Jahiliyah dan kebanggaan dengan nenek moyang. (Yang ada hanyalah) orang beriman yang bertakwa dan orang yang jahat yang sengsara. Kalian semua adalah anak cucu Adam, sementara Adam tercipta dari tanah. Maka, hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan mereka terhadap kaumnya; sebab mereka hanya akan menjadi arang dari arang-arang di neraka Jahanam atau mereka di sisi Allah adalah lebih hina daripada serangga yang mendorong kotoran dengan hidungnya.” (HR. at-Tirmidzi (3955) dan Abu Dawud (5116). Al-Albani menghasankannya dalam Ṣaẖīẖ at-Tirmidzī.)
العبية : الكبر والفخر .
Kesombongan dan kebanggaan.
الجِعلان : دويبة سوداء ، كالخنفساء تدير الخراء بأنفها .
Binatang melata kecil seperti kumbang yang membawa kotoran dengan hidungnya.
7. وكانوا يتعاملون بالربا ، على أشكال وأصناف وصور متنوعة . وقد أجمل جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه حالهم في الجاهلية فقال أمام النجاشي في الحبشة لما هاجر إليها : ” كنَّا قوماً أهل جاهلية ، نعبد الأصنام ، ونأكل الميتة ، ونأتي الفواحش ، ونقطع الأرحام ، ونسيء الجوار ، ويأكل القويُّ منا الضعيف ” رواه أحمد ( 3 / 265 ) وحسنه محققو المسند .
7. Mereka bermuamalah dengan riba dengan berbagai metode, bentuk, dan jenis yang bermacam-macam. Ja’far bin Abi Thalib –semoga Allah meridainya– pernah memberikan gambar umum tentang keadaan mereka di masa Jahiliah ketika dia berkata di hadapan raja Najasyi di negeri Habasyah ketika berhijrah ke sana: “Kami adalah orang-orang Jahiliah, menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan perbuatan keji, memutuskan tali persaudaraan, mengganggu tetangga sekitar, dan yang kuat menindas yang lemah.” (HR. Ahmad (3/265) dan dihasankan oleh pen-taẖqīq kitab al-Musnad.)
ج. المرأة في الجاهلية :
وقد تعرضت المرأة لأبشع صنوف العذاب ، والإهانة ، والتحقير ، في الجاهلية ، ويتمثل ذلك في صور كثيرة – وهذا غير الوأد الذي ذكرناه من بعض أفعال العرب – :
C. Wanita di masa Jahiliah.
Wanita dihadapkan pada berbagai bentuk-bentuk siksaan yang buruk, dihinakan, dan direndahkan di masa pra-Islam. Semua perlakuan itu muncul dalam berbagai bentuk –selain penguburan bayi perempuan hidup-hidup yang kami telah sebutkan tentang beberapa tindakan orang-orang Arab– di antaranya:
1. كانت المرأة تُحرم من الميراث مطلقاً ، فلا نصيب لها فيما يتركه ولدها ، أو والدها ، أو أمها من مال ، ولو عظم ، بل كانوا يعاملونها على أنها سلعة تورث ! وإلى ذلك الإشارة في قوله تعالى : ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهاً ) النساء/ 19 .
1. Wanita sama sekali tidak mendapat warisan. Jadi, dia tidak mendapatkan bagian harta sedikit pun dari apa yang ditinggalkan putranya, ayah, atau ibunya, walaupun hartanya itu banyak. Bahkan, mereka memperlakukannya seperti barang yang bisa diwariskan! Inilah fakta yang diisyaratkan dalam firman-Nya Subẖānahu wa Ta’ālā,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهاً
“Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksaan.” (QS. An-Nisa’: 19).
روى البخاري ( 4303 ) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَولَه : كَانُوا إِذَا مَاتَ الرَّجُلُ كَانَ أَوْلِيَاؤُهُ أَحَقَّ بِامْرَأَتِهِ ، إِنْ شَاءَ بَعْضُهُمْ تَزَوَّجَهَا ، وَإِنْ شَاءُوا زَوَّجُوهَا ، وَإِنْ شَاءُوا لَمْ يُزَوِّجُوهَا ، فَهُمْ أَحَقُّ بِهَا مِنْ أَهْلِهَا ، فَنَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ فِى ذَلِكَ .
Imam Bukhari meriwayatkan (No. 4303) dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya tersebut, “Dahulu di tengah mereka, jika seseorang meninggal, maka wali si laki-laki yang meninggal tersebut yang paling berhak terhadap isterinya. Jika mereka mau, mereka akan mengawininya, jika tidak, mereka tidak akan mengawininya. Merekalah orang yang paling berhak terhadapnya daripada keluarga wanita itu sendiri. Oleh karena itu, ayat ini turun tentang hal itu.
2. وكانوا يجبرونهن على الزواج بمن يكرهن ، أو يمنعونهن من الزواج
2. Mereka memaksa para wanita untuk menikah dengan orang yang tidak disukainya atau mencegahnya menikah dengan seseorang.
3. وكان الأزواج يعلقون أمر زوجاتهم ، فلا هي زوجة له ، ولا هي تستطيع الزواج بغيره ، ومن ذلك : أنه كان يحرمها على نفسه ، ويجعلها كأمه ، أو أخته ، أو يحلف أن لا يجامعها ، فتصير معلقة ، فجاء الإسلام بتحريم الظهار ، وبوضع أمدٍ لمن أقسم أن لا يجامع زوجته ، وجعل ذلك إلى أربعة أشهر ، فإما أن يكفر عن يمينه ويجامعها ، أو يجبر على تطليقها ، وهو ما يسمَّى ” الإيلاء ” ، وهو المذكور في قوله تعالى : ( لِلَّذِينَ يُؤْلُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَإِنْ فَاءُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ . وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ) البقرة/ 226 ، 227 .
3. Para suami sering menggantungkan status istri-istri mereka. Dia tidak dianggap istrinya namun juga tidak bisa menikah lagi dengan orang lain. Termasuk perbuatan itu adalah ketika seorang lelaki mengharamkan istrinya atas dirinya sendiri. Menjadikannya seperti ibunya atau saudarinya atau bersumpah untuk tidak akan menggaulinya, sehingga dia terkatung-katung. Kemudian Islam datang dengan larangan aẓ-Ẓihār dan menetapkan jangka waktu bagi orang-orang yang telah bersumpah bahwa dia tidak akan menyetubuhi istrinya. Dia diberi tenggang waktu hingga empat bulan lamanya untuk melakukan Kafarah atas sumpahnya dan bersetubuh dengannya atau dipaksa untuk menceraikannya, inilah yang disebut al-Īlāʾ. Inilah al-Īlāʾ yang disebutkan dalam firman-Nya Subẖānahu wa Ta’ālā,
لِلَّذِينَ يُؤْلُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَإِنْ فَاءُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ . وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Bagi orang yang meng-ila’ istrinya harus menunggu empat bulan. Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Adapun jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 227-228).
4. ولنقرأ ماذا كانت تفعل الزوجة بعد وفاة زوجها : قَالَتْ زَيْنَبُ بنت أبي سلمة : كَانَتِ الْمَرْأَةُ إِذَا تُوُفِّىَ عَنْهَا زَوْجُهَا دَخَلَتْ حِفْشًا ، وَلَبِسَتْ شَرَّ ثِيَابِهَا ، وَلَمْ تَمَسَّ طِيبًا حَتَّى تَمُرَّ بِهَا سَنَةٌ ، ثُمَّ تُؤْتَى بِدَابَّةٍ حِمَارٍ أَوْ شَاةٍ أَوْ طَائِرٍ فَتَفْتَضُّ بِهِ ، فَقَلَّمَا تَفْتَضُّ بِشَىْءٍ إِلاَّ مَاتَ ، ثُمَّ تَخْرُجُ فَتُعْطَى بَعَرَةً فَتَرْمِى . رواه البخاري ( 5024 ) ومسلم ( 1489 ) .
4. Mari kita baca apa yang dilakukan oleh istri setelah wafat suaminya. Zainab binti Abu Salamah berkata, “Seorang wanita apabila ditinggal mati suaminya, ia harus masuk ke H̱ifsyu (sebuah rumah kecil), memakai pakaian terjeleknya, dan tidak menggunakan minyak wangi hingga lewat satu tahun. Kemudian didatangkan kepadanya binatang, –seperti keledai, kambing, atau burung– untuk ia memegangnya. Tidaklah dia menyentuhnya kecuali ia akan mati. Kemudian ia keluar dan diberi kotoran binatang lalu melemparkannya.” (HR. Bukhari (5024) dan Muslim (1489)).
والحِفش : البيت الصغير .
Rumah kecil
تفتض : تمسح به جلدها .
Mengusapkannya pada kulitnya
وقد غيَّر الإسلام بتشريعاته الحكيمة تلك الصور والعادات والأحكام الجاهلية ، وأبدلهم خيراً منها ، ولا يسعنا ذكر ذلك البديل لصور الجاهلية كلها ، فمثل هذا يحتاج لسِفْرٍ كبير ، وحسبنا الإشارة إلى صور الجاهلية ، وبعض ما جاء به الإسلام من تغيير له
Sungguh Islam dengan syariatnya yang penuh hikmah telah mengubah norma-norma, adat istiadat, dan hukum-hukum Jahiliah tersebut dan mengganti bagi mereka sesuatu yang lebih baik, yang tidak mungkin bagi kami untuk menyebutkan semua ganti dari semua perkara Jahiliah tersebut. Semua itu memerlukan tulisan yang panjang. Cukup bagi kita beberapa gambaran perilaku Jahiliah tersebut dan perubahannya setelah Islam datang.
وللاستزادة : ينظر كتاب ” بلوغ الأرب في معرفة أحوال العرب ” محمود شكري الألوسي ، و ” المفصل في تاريخ العرب قبل الإسلام ” و ” تاريخ العرب قبل الإسلام ” .والله أعلم
Sebagai tambahan, silakan baca kitab Bulūgh al-Arab fī Maʿrifati Aẖwāli al-ʿArab karya Mahmud Syukri al-Alūsī dan al-Mufaṣṣal fī Tārīkh al-ʿArab Qabla al-Islām dan Tārīkh al-ʿArab Qabla al-Islām. Wallahua’lam.
***
Diterjemahkan oleh tim Yufid dari:
https://islamqa.info/ar/answers/154573/كيف-كانت-الحياة-في-الجزيرة-العربية-قبل-مجيء-الاسلام-اليها