Kisah Pilihan

Raja Abdullah bin Abdul Aziz, Reformis Arab Saudi

Saat hari masih sangat pagi, istriku menelponku dan ia menangis seperti tangisan anak kecil, ya benar-benar seperti tangisan anak kecil. Aku tidak bertanya tentang apa yang menyebabkannya menangis karena aku pun menangis dengan alasan yang sama. Alasan yang sama pula yang membuat jutaan orang Arab Saudi menangis, demikian juga ekspatriat yang tinggal di kerajaan, dan jutaan orang lainnya di dunia ini. Sebuah derai air mata yang tulus dan ikhlas… karena Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Abdullah bin Abdul Aziz telah wafat.

Demikianlah ucapan tulus, dari Abdul Latif al-Mulhim, seorang kolumnis di Arab News.

Sejak Raja Abdullah bin Abdul Aziz naik tahta pada Agustus 2005, ia benar-benar mereformasi dan merubah kerajaan padang pasir itu menjadi negara maju. Pembangunan mega proyek dalam jumlah yang besar, reformasi di bidang sosial, mampu membuat dunia semakin terbuka dan menyajikan dialog tentang Islam. Ia tidak hanya pantas dijuluki the man of the year, tapi ia sangat layak dianugerahi sebagai the man of decade. Tidak hanya di Arab Saudi, bahkan di seluruh dunia. Ia adalah seseorang yang bijaksana dan penuh visi, memiliki pandangan di luar batasan (out of the box). Tangis yang tulus di pagi itu terjadi di berbagai penjuru dunia, mengantarkan kepergian kepala negara dari salah satu kerajaan yang paling berpengaruh di dunia.

Mengenal Raja Abdullah

Soal kehidupan pribadi, pers Arab Saudi berseberangan dengan Inggris dan Amerika Serikat yang senang mengorek-ngorek tempat sampah keluarga kerajaan, kepala negara dan pesohor. Kehidupan keluarga Kerajaan Arab Saudi dibiarkan tak terusik. Berita tentang Islam dan keluarga kerajaan sajian empuk yang bisa mereka otak-atik menjadi suatu kontroversi.

Dari sedikit berita tentang Raja Abdullah bin Abdul Aziz, dapat kita kethui bahwa beliau dilahirkan pada 1 Agustus 1924 di Riyadh, Arab Saudi. Ia adalah anak ke-10 dari Raja Abdul Aziz. Ibunya bernama Fahdah binti al-Ashi al-Syuraim, salah seorang putri dari Dinasti Rasyid, sebuah dinasti yang memerintah Emirat Jabal Syammar dengan ibu kotanya Hail. Dan merupakan rival terkuat Bani Saud.

Fahdah adalah putri dari kabilah Syammar –salah satu kabilah kuat di Nejd- ayahnya merupakan kepala kabilah, al-Ashi bin Kulaib bin Syuraim asy-Syammari. Pernikahan Raja Abdul Aziz dengan Fahdah binti al-Ashi tentu saja menjadi pemersatu dan menghapus perselisihan antar kabilah ini.

Wilkipedia menyebutnya mempunyai empat istri yang memberinya 22 anak – 7 laki-laki dan 15 perempuan.

Secara personal, Raja Abdullah adalah sosok yang sederhana. Ketika orang-orang kaya –termasuk orang kaya di Indonesia- senang berliburan ke Amerika dan Eropa, ia lebih memilih menikmati liburan di sebuah kamp di padang pasir. Sejenak beristirahat dari kepenatannya.

Ia sangat menjaga diri dari ketenaran dan pencitraan. Namun sangat dekat dengan rakyatnya dengan sering mengunjungi mereka dan tidak segan makan berger (makanan kuli Amerika) di restoran umum.

Sedikit demi sedikit ia menghapus kultur sikap berlebihan terhadap raja. Tradisi mencium tangan raja ia kikis. Ia lebih suka pundaknya yang dicium karena lebih menggambarkan kesetaraan. Hingga punggungnya pernah terkilir saat berusaha menghindari desak-desakan warga yang berebut mencium tangannya.

Karir Politik

Pada tahun 1963, Abdullah diangkat menjadi komandan Garda Nasional Saudi (SANG). Di bawah kepemimpinannya SANG menjelma menjadi kekuatan militer modern di negeri padang pasir itu.

Pada bulan Maret 1975, Raja Khalid menunjuk Pangeran Abdullah sebagai wakil kedua-perdana menteri. Pengangkatan ini menjadikannya sebagai orang nomor tiga di hirarki kerajaan. Pada tanggal 13 Juni 1982 Raja Khalid wafat, Pangeran Fahd bin Abdul Aziz dinobatkan menjadi Raja, Pangeran Abdullah menjadi Putra Mahkota dan sekaligus tetap menjabat sebagai panglima tertinggi di Garda Nasional.

Tahun 1995, secara de facto Pangeran Abdullah telah memainkan peranan sebagai kepala negara karena saat itu Raja Fahd terserang stroke. Saat Raja Fahd wafat pada 2 Agustus 2005, Pangeran Abdullah naik tahta menjadi Raja Arab Saudi yang ke-6.

Reformasi Pada Masa Pemerintahannya

  • Reformasi Pendidikan

Pada tahun 2005, Raja Abdullah menerapkan program beasiswa pemerintah untuk mengirim anak-anak muda Arab belajar ke luar negeri di universitas-universitas yang berbeda di seluruh dunia, baik menempuh pendidikan sarjana atau pasca sarjana. Program ini menawarkan dana untuk biaya kuliah dan hidup hingga empat tahun. Diperkirakan lebih dari 70.000 anak-anak Saudi belajar di luar negeri di lebih dari 25 negara. Amerika Serikat, Inggris, dan Australia adalah tiga negara yang menjadi tujuan utama. Selain disiapkan untuk membangun kerajaan, para pemuda-pemuda itu juga disipakan untuk melayani jamaah haji.

Raja Abdullah telah menerapkan banyak langkah-langkah reformasi dalam bidang pendidikan. Dia benar-benar menata ulang ulang Departemen Pendidikan yang berjalan lambat itu. Ia menunjuk orang-orang yang berparadigma ke depan sebagai pejabat-pejabat di lingkungan pendidikan. Di antaranya putranya sendiri, Faishal bin Abdullah, sebagai mentri pendidikan. Dan Nora al-Fayez, seorang wanita dengan latar pendidikan Amerika, sebagai wakil menteri pendidikan untuk pendidikan wanita.

Lihatlah Raja Abdullah, ia berbuat adil dalam permasalahan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Dan di Arab Saudi, sekolah laki-laki dan sekolah perempuan terpisah. Ia menunjuk orang-orang yang berjiwa intelektual Barat akan tetapi berhati Islam dan memegang budaya Arab.

Beberapa universitas di Arab Saudi semisal King Saud University (KSU) mulai bersaing dengan universitas di dunia Barat. Tentu saja ini akan berdampak buruk bagi sumber devisa Barat dari mahasiswa asing yang datang. Karena Arab Saudi menawarkan sesuatu yang lebih menarik yakni sekolah dengan mendapat gaji atau uang saku bulanan dengan jumlah yang tidak sedikit.

  • Kebijakan Diplomatik Khususnya dengan Amerika

Arab Saudi selalu dikait-kaitkan sebagai kaki tangan Amerika, bahkan lebih buruk dari itu raja-rajanya sering disebut anjing peliharaan Amerika di taah Arab. Padahal hubungan kedua negara hanya sebatas hubungan diplomatik sama seperti negara-negara lainnya. Terkadang hubungan itu erat kadang juga renggang. Amerika tidak bisa mengatur urusan dalam negeri Arab Saudi seperti penerapan syariat dan kebijakan-kebijakan lainnya. Demikian pula Arab Saudi tidak ada hak mengatur kebijakan dalam negeri Amerika.

Dalam The Implications of Leadership Change in the Arab World, Daniel L Byman menyatakan bahwa pada bulan Mei 2001, Pangeran Abdullah yang saat itu masih menjabat sebagai putra mahkota tidak menerima undangan dari Washington karena dukungan AS terhadap Israel di Intifada Kedua.

Pada bulan Agustus 2001, Pangeran Abdullah menarik Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Pangeran Bandar bin Sultan, hal ini terjadi setelah Abdullah menyaksikan kebrutalan tentara Israel terhadap seorang wanita Palestina. Ia kemudian juga mengutuk Israel karena menyerang keluarga Palestina yang mereka tuduh dengan suatu tuduhan.

Dalam sebuah wawancara di Rotana Khalijia TV, Pangeran Turki bin Faishal (putra bungsu Raja Faishal bin Abdul Aziz) yang menjabat Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat periode 2005-2007 ditanya tentang bagaimana pendapat beliau melihat kondisi sebagian rakyat yang kecewa dengan posisi tawar kerajaan terhadap Amerika khususnya menyikapi kebijakan Amerika dalam konflik Suriah. Ia menjawab, “Saya telah menulis surat kepada Obama sejak dia terpilih menjadi presiden. Saya bertemu dengannya, di kantornya, saat awal pemerintahannya. Karena waktu kampanye, ia menyebutkan ingin memperbaiki hubungan dengan dunia Arab, khususnya dalam permasalahan Palestina. Ia mengatakan akan mengirim utusan khusus untuk mem-follow up isu-isu di Palestina. Juga menyerukan Israel untuk berhenti dari aksi mereka yang ia sebut dengan pendudukan, tapi saya lebih tepat menyebutnya sebagai penjajahan. Tidak diragukan, saat itu Obama membangkitkan harapan kita. Lebih-lebih ia berbicara di Universitas Kairo pada tahun pertama kepemimpinannya. Kemudian tiba-tiba ia meninggalkan janjinya”.

Saat ditanya, mengapa hubungan Arab Saudi dengan Amerika saat ini tidak erat seperti sebelumnya. Ia menjawab, “Hubungan diplomatik kerajaan dengan negara manapun, ada masa naik dan masa turunnya… …namun krisis hubungan Amerika dan Arab Saudi saat ini memang tidak separah sewaktu dulu (tahun 1973). Saya yakin, penyebab krisis hubungan Arab Saudi dengan Amerika adalah krisis kepercayaan”. Kemudian di akhir wawancara ia mengatakan kepada Obama, “Bangunlah, wahai laki-laki yang tertidur!”

  • Reformasi Ekonomi dan Politik

Reformasi dalam bidang ekonomi tidak kalah pesat dan majunya. Periode 1982 – 2005, belanja negara membengkak, sementara pemasukan jauh berkurang. Harga minyak yang jatuh dari 40 dolar AS/barel menjadi 20 dolar membuat kas negara semakin kering. Ditambah dampak Perang Teluk 1991 membuat Arab Saudi kehilangan 60 miliar dolar AS. Pada tahun 1998, Raja Abdullah menghimbau anggota kerajaan agar tidak terpukau dengan kejayaan masa lalu. “Curahan minyak bumi telah berakhir dan takkan kembali. Kita harus mengubah gaya hidup” kata beliau kepada anggota kerajaan.

Raja Abdullah sangat tegas dalam membatasi akses keuangan anggota kerajaan. Ia menempuh kebijakan memotong belanja pemerintah dan mengingatkan birokrat untuk berhemat jika tak ingin dipecat. 30.000 orang anggota kerajaan diperintahkan untuk mengencangkan ikat pinggang mereka. Termasuk memerintahkan para pangeran dan anggota kerajaan untuk membayar tagihan telepon di muka dan tak boleh seenaknya menggunaka pesawat Saudi Arabia Airline –yang ia kembangkan jadi maskapai kelas dunia-. Tentu 30.000 anggota kerajaan ini bukanlah kumpulan para malaikat. Di antara mereka tetap ada yang melanggar, secara diam-diam tentunya.

Ia berusaha menciptakan administrasi yang tidak berbelit-belit bagi rakyat yang akan memulai usaha dan juga para investor yang ingin menanam investasi di Arab Saudi. Visinya sangat luar biasa dalam pembangunan ekonomi Arab Saudi. Terbukti dengan upayanya mendorong keanggotaan Saudi di Organisasi Perdagangan Dunia.

Seperti pemerintah-pemerintah wilayah Teluk lainnya; Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, dan Bahrain, Raja Abdullah juga mengedepankan pembangunan ekonomi bukan politik. Dia percaya bahwa untuk berpolitik secara beradab, masyarakatnya harus sejahtera terlebih dulu. Bukan dibalik, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, politik harus berada di depan. Oleh karena itu, kita lihat hasilnya, ketika terjadi Arab Spring, negara-negara Teluk ini tetap berjalan dengan stabil kecuali Bahrain. Meskipun berhasil mensejaterakan rakyatnya, orang-orang Syiah di Bahrain tetap menuntut kepemimpinan.

Raja Abdullah menyerukan pembentukan Arab Common Market (pasar publik wilayah-wilayah Arab) pada Januari 2011. Menteri Luar Negeri Saudi, Saud bin Faisal, menyatakan pasar adat Arab akan siap dihelat pada tahun 2015 dan pada 2017 akan dibuka pasar bersama bangsa Arab. Upaya serius ini telah dijajaki dengan membangun sistem jaringan kereta api listrik untuk menghubungkan negara-negara Arab.

  • Reformasi Hukum

Untuk menata ketertiban dalam berfatwa dan mengelurakan vonis hukum publik, pada bulan Agustus 2010 Raja Abdullah memutuskan hanya ulama yang disetujui Dewan Senior Ulama (Hai-ah Kibar al-Ulama) yang diizinkan mengeluarkan fatwa. Sebenarnya dekrit serupa telah ditetapkan pada tahun 2005, namun kurang mendapat perhatian. Keputusan tersebut juga menginstruksikan Mufti Agung Kerajaan, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad alu Syaikh, untuk menunjuk orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut.

Reformasi lainnya adalah para perempuan mendapatkan porsi peranan dan hak yang lebih besar pada pemerintahan beliau. Pada bulan Agustus 2013, kabinet Saudi menyetujui undang-undang yang mempidanakan tindak KDRT. Bagi pelaku tindak KDRT dikenakan hukuman sampai satu tahun penjara dan denda sampai 50.000 riyal (US $ 13.000). Hukuman maksimum bisa ditetapkan dua kali lipat bagi mereka yang ‘kambuhan’. Hukum juga mengkriminalisasi bentuk pelecehan psikologis dan seksual, serta kekerasan fisik. Ini juga mencakup ketentuan mewajibkan karyawan untuk melaporkan kasus pelecehan di tempat kerja majikan mereka. Langkah ini diikuti kampanye di Twitter.

Undang-undang baru ini disambut oleh para aktivis hak-hak perempuan Saudi, meskipun beberapa dari mereka menuntut lebih hingga menerabas batas-batas syariat dan kultur masyarakata Arab Saudi.

  • Kebijakan Menanggulangi Terorisme, Liberalisme, dan Syiah

Peristiwa 11 September 2001, menyisakan fitnah yang besar terhadap umat Islam. Kemudian muncullah ideologi terorisme yang mengancam dunia internasional. Tidak hanya negeri-negeri Barat, negeri Islam pun ikut terancam. Orang-orang yang berideologi teroris dan para pendukungnya mulai mengkafirkan pemimpin-pemimpin Islam, terutama Arab Saudi. Terjadilah beberapa serangan teroris di Arab Saudi. Pada tahun 2003 saja menewaskan lebih dari 40 orang.

Raja Abdullah mengikuti perkembangan kekejaman para teroris yang mengatas-namakan Islam ini dengan menggorok leher seseorang dan yang lainnya, maka ia bersumpah untuk melawan ideologi teroris, terlebih khusus di negerinya sendiri.

Ia menempuh strategi dua arah: dari sisi pemikiran dan ekonomi. Tidak mengedepankan kekerasan seperti yang ditempuh Amerika. Pemikiran dibantah dengan dialog, kemudian mereka yang sudah tersadarkan dari pemikiran teroris, dijamin dan difasilitasi untuk mengembangkan perekonomian untuk memulai hidup yang baru.

Pada tahun 2003, pangeran Abdullah mendirikan King Abdul Aziz Center For National Dialogue. Lembaga ini adalah lembaga independen yang memfasilitasi dialog antara rakyat Arab Saudi dengan pemerintah; membahas isu-isu nasional yang mempengaruhi kehidupan rakyat Arab Saudi, mengajak masyarakat bersama-sama membangun bangsa.

Secara ringkas tujuan didirikannya lembaga ini adalah:

  • Memperkuat persatuan semua elemen masyarakat dalam kerangka akidah islamiyah dengan cara dialog yang konstruktif.
  • Memberi pemahaman tentang Islam yang benar.
  • Mendiskusikan isu-isu nasional dalam bidang sosial budaya, politik, ekonomi, pendidikan, dll.
  • Memahamkan masyarakat nilai-nilai budaya Arab Saudi.
  • Untuk memperluas partisipasi, berbagai elemen masyarakat Arab Saudi dilibatkan dalam dialog. Lembaga-lembaga masyarakat sipil peranannya ditingkatkan lagi. Semua itu dalam rangka mewujudkan keadilan, kesetaraan, dan kebebasan berekspresi dalam kerangka Syariat Islam.

Dan masih ada beberapa fungsi lainnya. Semuanya dilakukan dengan metode dialog.

Oleh karena itu, sering kita saksikan orang-orang liberal semisal Raif Badawy, penghina Islam seperti Hamzah Kasygari, da’i-da’i yang provokatif, dan juga tokoh-tokoh Syiah ditangkap kemudian mereka diajak diskusi. Apabila berkaitan dengan syariat, maka ditegakkan juga hukuman untuk mereka.

  • Pembangunan Dua Tanah Suci

Sebagaimana gelarnya, Khadim al-Haramain asy-Syarifain (pelayan dua kota suci), pembangunan infrastruktur dua tempat ini pun menjadi prioritas Raja Abdullah. Yang demikian juga sebagai usaha melayani tamu-tamu Allah dengan kemampuan terbaik yang ia bisa.

Pada tahun 2007 dan diperkirakan hingga 2020, Masjid al-Haram mengalami perluasan yang begitu luar biasa. Raja Abdullah berencana meningkatkan kapasitas masjid hingga bisa menampung 2 juta jamaah. Perluasan bagian utara masjid dimulai pada Agustus 2011 dan diperkirakan selesai pada pertengahan 2013. Luas masjid diperluas dari 356.000 m2 menjadi 400.000 m2. Sebuah gerbang baru bernama Raja Abdullah dibangun dan ditambahkan lagi menara baru. Biaya proyek ini adalah $ 10,6 miliar dolar dan setelah selesai masjid akan menampung lebih dari 2,5 juta jamaah. Tempat thawaf juga akan diperluas dan semua ruang tertutup akan diberi AC, bahkan lantai tempat thawaf pun diberikan pendingin agar jamaah tidak kepanasan menjejekakkan kaki mereka saat thawaf.

Perluasan Masjid al-Haram

Perluasan Masjid al-Haram

Tahun 2010 diluncurkan kereta cepat untuk menghubungkan tempat-tempat suci di sekitar Mekah yang menghabiskan biaya $1,8 miliar dolar. Saat ini, perusahan kereta api Arab Saudi (semisal PT. KAI) sedang menyelesaikan pembangunan tahap kedua yang diperkirakan biayanya mencapai $12,5 miliar dolar.

Pembangunan jamarat (tempat lempar jumrah) dan jembatannya juga tidak kalah luar biasa. Ditaksir menghabiskan dana $1.12 miliar dolar. Kepanasan akibat padatnya jamaah haji dapat dikurangi dengan AC yang akan menjaga suhu udara sekitar 29 derajat celcius.

Perluasan Jamarat

Perluasan Jamarat

Dan dana $6 miliar dolar sudah disiapkan untuk perluasan Masjid Nabawi.

Dengan apa yang sudah dilakukan Raja Abdullah, tetap saja orang yang tidak senang dan benci, sangat lihai dan jeli melihat hal yang kecil kemudian menjadikannya besar. Bahkan sesuatu yang tidak ada bisa menjadi tampak nyata bagi mereka. Itulah mata yang benci. Mereka tidak pernah melihat maslahat. Bagi mereka perluasan ini hanyalah menghancurkan situs sejarah. Entah situs sejarah yang mana. Mereka menuntut suasana haji dan ibadah yang nyaman, tapi tidak terima kalau ada pembangunan. Mereka ingin agar kuota haji ditambah, tapi tidak mau menerima perubahan. Lisan mereka berat untuk mengucapkan terima kasih, hati mereka sulit memberi apresiasi, kalau celaan rignan sekali.

  • Upaya Memerdekakan Palestina dan Kegiatan Sosial

Salah satu isu lainnya yang menjadi bulan-bulanan bagi Arab Saudi adalah isu Palestina. Uang jutaan atau miliaran dolar dari Arab Saudi tidak berarti, tapi kalau puluhan atau ratusan juta dari kelompok mereka sendiri artinya besar sekali. Mereka sering menuntut Arab Saudi agar mengirim jet-jet tempur ke Palestina. Apakah mereka pikir Amerika dan sekutunya akan diam saudara kandung mereka negara Yahudi diserang? Apa artinya kekuatan militer Arab Saudi dibanding Amerika, Inggris, dan sekutunya? Kata mereka, nanti umat Islam akan bantu. Omong kosong, sedangkan ketika Perang Teluk antara Irak yang sosialis dan Arab Saudi saja mereka lebih suka mendukung negara sosialis itu dibanding negara tauhid ini. Dunia diplomasi itu tidak sederhana, politik internasional itu pelik, jangan hanya bermodalkan berita media, lalu menyangka tahu segalanya.

Di antara upaya-upaya yang dilakukan Arab Saudi di masa pemerintahan Raja Abdullah untuk kemerdekaan Palestina adalah:

Tahun 2002, Pangeran Abdullah menggalang persatuan untuk memerdekakan Palestina dengan menginisiasi perdamaian di negeri-negeri Arab. Idenya ini dikenal dengan Abdullah Plan (Gagasan Abdullah). Yang tujuan utamanya adalah untuk mencapai kesepakatan penyelesaian konflik Arab-Israel. Kemudian ide ini diangkat pada KTT Liga Arab di Beirut Maret 2002.

Tahun 2007, pada KTT Liga Arab di Riyahd, Raja Abdullah mengecam kependudukan Amerika di Irak dan menuntut blokade Israel di Gaza diakhiri. Hal itu sebagai respon atas seruan Amerika sebelum KTT dilangsungkan. Amerika melaui mentri luar negeri mereka Condoleezza Rice meminta agar negara-negara Arab menghentikan dukungan mereka terhadap Hamas. Raja Abdullah mengatakan, “Ketidakadilan berupa blokade terhadap rakyat Palestina sudah seharusnya diakhiri sesegera mungkin, agar dukungan proses perdamaian dari luar dapat masuk dan berjalan dengan aman tanpa tekanan dan penindasan”.

Dan beberapa usaha lainnya, seperti dijelaskan sebelumnya. Raja Abdullah menarik Duta Besarnya dari AS, gara-gara wanita Palestina dilakukan secara keji.

Adapun bantuna sosial untuk dunia Islam secara umum, sangat banyak sekali. Termasuk mengundang anak-anak korban tsunami Aceh menjadi tamu istimewa kerajaan, kemudian menyantuni mereka. Demikian juga bantuan untuk gempa Aceh di Padang. Untuk program-program sosial, haji, dll, bisa disimak di: http://www.saudiembassy.net/affairs/recent-news/foreign-aid/

Wafatnya Sang Reformis

Pada hari Jumat tanggal 23 Januari 2015, sang reformis ini wafat. Allah mengaruniakannya usia yang panjang selama 90 tahun. Pada masa hidupnya, ia pernah dinobatkan menjadi orang muslim paling berpengaruh di dunia selama 4 tahun berturut-turut, 2009-2012. Bahkan pada tahun 2012, ia dinobatkan sebagai 7 orang paling berpengaruh di dunia. Namun, kontras dengan hal itu, upacara pemakamannya sangat sederhana bahkan mungkin lebih sederhana dari seorang pejabat daerah di negeri kita.

Tidak ada hari berkabung di negaranya untuk mengenang kepergiannya. Hari Jumat dan Sabtu memang menjadi akhir pekan di sana. Adapun hari minggu diliburkan untuk baiat kepada Raja Salman, raja yang baru.

Prosesi pemakamannya sangat sederhana. Tidak ada iringan pasukan dalam prosesi pemakamannya, tidak juga suara terompet atau tembakan salvo. Sangat sederhana. Pemakamannya hanya berlangsung sesuai syariat Islam yang mulia; dimandikan, dikafani, dishalatkan, kemudian diberangkatkan ke pemakaman untuk dimakamkan di sana. Coba lihat para pesohor dunia, Lady Diana di Inggris, Kim Jong Il di Korea Utara sangat berbeda dengan dirinya.

Makam Raja Abdullah bin Abdul Aziz

Makam Raja Abdullah bin Abdul Aziz

Makamnya pun sangat biasa, tidak ada bedanya dengan rakyat yang paling sederhana. Bahkan makamnya jauh kalah megah dibanding makam pembunuh Umar bin al-Khattab Abu Lu’lu’ yang dibangun oleh orang-orang Syiah di Iran.

Rahimakallahu ayyuhal malik..

Sumber:

– Al-Jamarat expansion project in final stages, saudigazette
– Angin Perubahan dari Arab Saudi, nationalgeographic
– Byman, Daniel L. (Spring 2005). “The Implications of Leadership Change in the Arab World”. Political Science Quarterly 120.
– en.wikipedia.org
– Henderson, Simon (1994). “After King Fahd” (Policy Paper). Washington Institute. Retrieved 2 February 2013.
– saudiembassy.net
– Saudi king tells Arab leaders that U.S. occupation of Iraq is illegal. By Hassan M. Fattah. International Herald Tribune. March 29, 2007.
– “The 500 Most Influential Muslims”. Center Muslim-Christian Understanding. 2009. Retrieved 19 July 2013.
– The Jamarat Bridge Project: An exceptional achievement of Crowd Control, kapl-hajj
– Walsh, Elsa (24 March 2003). “The prince”. The New Yorker. Retrieved 23 April 2012.
– Dll.

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

Flashdisk Video Belajar Iqro - Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28

5 Comments

  1. smoga Allah Ta’Allah memberi tempat yang layak untuk almarhum Raja abdullah…..Aaaaaaamin.

  2. Senang membaca berita al haq seperti ini disamping perimbangannya terhadap sifat sifat dan sikap sikap kaum yahuduwannasara terhadap Islam dan khususnya terhadap Kerajaan Saudi Arabia. Banyak kesalahpahaman rakyat Indonesia terhadap Raja dan Kerajaan Saudi, akibat dari pemberitaan2 kaum
    pers munafik. Suatu hal yang amat saya kagumi dari Raja ini adalah : menghindari cium tangan sambil membungkuk terhadap dirinya. Ini benar2 “haram” karena bersifat pengkultusan. Bandingkan dengan para ustad, Habib, Kyai kita – yang tergambar di ruang mukanya kegembiraan hati karena tangannya dicium sambil bungkuk bungkuk. Cela dan nista sekali! Perhatikan tata cara penguburannya yang biasa biasa saja sesuai ajaran Islam yang bersahaja. Adakah acara “tahlilan” sambil makan makan dan minum minum ?? malam pertama s/d malam entah keberapa. Ulama kita buta mata hatinya, dan menyangka hal hal seperti ini hal hal yang “kecil” saja. Agama Islam itu berdasarkan akal sehat(Yunus 100). Amal2 ibadah dalam Islam wajib atas dasar “hujjah hujjah yang nyata”(Yusuf 108), bukan atas dasar tradisi – kebiasaan yang alah bisa karena biasa. Wahai Para Ulama Indonesia, bersegeralah sadar diri sebelum mati.

  3. Alexander Idrus zulkarnain

    Iqra juga bahan bacaan berikut ini: “Conferences Of Riyad, Paris, Vatican City, Geneva and Strassbourgh On Moslem Doctrine and Human Rights in Islam, between Saudi Cononists And Eminent European Jurists and Intellectuals. Buku yang sangat menarik untuk dipahami dan sangat actual bagi keadaan national / international masa kini.

  4. Arif

    Saya ingin mengkonfirmasi kalimat “Wilkipedia menyebutnya mempunyai empat istri yang memberinya 22 anak – 7 laki-laki dan 15 perempuan.” Di http://en.wikipedia.org/wiki/Abdullah_of_Saudi_Arabia#Personal_life saya membaca beliau memiliki sekitar 30 istri dan sekitar 35 anak. Mohon penjelasannya.

  5. M.Hatta, SAg

    Semoga Allah SWT mengampunin semua dosa2 mu wahai sang Raja yg baik bijkasana….Semoga Allah SWt memberimu tempat yg mulia..Amin….Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa fuanhu….

Leave a Reply