Kisah Orang Shalih

Apakah Kisah Masyīṯah Firaun Sahih? Ataukah Hanya Isrāʾīliyyāt?

السؤال

أسأل عن صحة القصة التالية :

خلال المعراج بالنبي صلى الله عليه وسلم وجد رائحة طيبة كرائحة المسك وعندما سأل عليه الصلاة والسلام عن ذلك ، أجابه جبرائيل عليه السلام أنه رائحة الوصيفة التي كانت تعمل في بيت فرعون ( زمن موسى عليه السلام ) . وهي امرأة كانت قد تركت دينها سراً لكن افتضح أمرها عندما سقط المشط من يدها وقالت ” بسم الله ” . وعندما سمع فرعون بذلك أحرقها هي وأبناءها . وقد قيل إن رضيعها كلمها في تلك اللحظة وطلب منها أن تحتفظ بهدوئها والتمسك بإيمانها . وبسبب إيمانها العظيم ، رفع الله مكانتها . هل هذه القصة صحيحة ؟ أم هل توجد قصص مقاربة ؟ وهل هذه القصة مأخوذة من مصادر نصرانية أو يهودية ؟.

Pertanyaan:

Aku ingin bertanya tentang kesahihan cerita berikut; bahwa dalam peristiwa Mi’raj Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam, beliau mencium bau wangi seperti wangi kasturi. Ketika beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bertanya tentang itu, Jibril ʿAlaihis Salām menjawab bahwa itu adalah wangi seorang pembantu yang bekerja di rumah Firaun (di zaman Musa ʿAlaihis Salām). Dia adalah seorang wanita yang telah meninggalkan agamanya secara diam-diam, tetapi kemudian diketahui ketika sisir jatuh dari tangannya dan berkata, “Bismillah.” Ketika Firaun mendengar hal tersebut, dia lantas membakarnya bersama anak-anaknya. Dikatakan bahwa dalam keadaan seperti itu, bayinya yang masih disusui berkata kepadanya dan memintanya untuk tetap tenang dan berpegang teguh pada keimanannya. Karena imannya yang besar ini, Allah Mengangkat kedudukannya. 

Benarkah kisah ini? Ataukah ada cerita-cerita yang mirip seperti ini? Apakah cerita ini diambil dari sumber-sumber Nasrani atau Yahudi?

الجواب

الحمد لله.

وردت قصة ماشطة ابنة فرعون كما يلي :

‏عَنِ ‏‏ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما ‏‏قَالَ ‏ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (‏ ‏لَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الَّتِي ‏‏أُسْرِيَ ‏‏بِي فِيهَا ، أَتَتْ عَلَيَّ رَائِحَةٌ طَيِّبَةٌ ، فَقُلْتُ : يَا ‏جِبْرِيلُ ‏،‏ مَا هَذِهِ الرَّائِحَةُ الطَّيِّبَةُ ؟ فَقَالَ : هَذِهِ رَائِحَةُ ‏‏مَاشِطَةِ ابْنَةِ فِرْعَوْنَ ‏‏وَأَوْلادِهَا ، قَالَ : قُلْتُ : وَمَا شَأْنُهَا ؟ قَالَ : بَيْنَا هِيَ تُمَشِّطُ ابْنَةَ ‏‏فِرْعَوْنَ ‏‏ذَاتَ يَوْمٍ ، إِذْ سَقَطَتْ ‏‏الْمِدْرَى ‏‏مِنْ يَدَيْهَا ، فَقَالَتْ : بِسْمِ اللَّهِ ، فَقَالَتْ لَهَا ابْنَةُ ‏ ‏فِرْعَوْنَ :‏ ‏أَبِي ؟ قَالَتْ : لا ، وَلَكِنْ رَبِّي وَرَبُّ أَبِيكِ اللَّهُ ، قَالَتْ : أُخْبِرُهُ ‏‏بِذَلِكَ ! قَالَتْ : نَعَمْ ، فَأَخْبَرَتْهُ ، فَدَعَاهَا فَقَالَ : يَا فُلانَةُ ؛ وَإِنَّ لَكِ رَبًّا غَيْرِي ؟

Jawaban:

Alhamdulillah. Kisah Masyīṯah (tukang sisir) putri Firaun adalah sebagai berikut; diriwayatkan dari Ibnu Abbas —Semoga Allah Meridainya— bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, 

“Pada malam saat aku diangkat ke langit, aku mendapati aroma yang wangi. Aku bertanya, ‘Wahai Jibril, aroma wangi apa ini?’ 

Jibril ʿAlaihis Salām menjawab, ‘Ini adalah aroma penyisir rambut keluarga Firaun beserta anak-anaknya.’ 

Aku bertanya, ‘Bagaimana ceritanya?’ 

Jibril mengisahkan, ‘Pada suatu hari, tatkala si Masyīṯah ini sedang menyisir rambut putri Firaun, tiba-tiba sisirnya jatuh dari tangannya, seketika dia berkata, ‘Bismillah (dengan nama Allah).’ Si putri Firaun bertanya kepadanya, ‘Ayahku?’ Dia menjawab, ‘Bukan, tapi Tuhanku dan Tuhan ayahmu, yaitu Allah.’ Sang Putri berkata, ‘Saya akan laporkan kepada ayahanda.’ Dia menyahut, ‘Silakan.’ Lalu dia mengabarkannya kepadanya. 

Firaun lantas memanggilnya dan bertanya, ‘Wahai Fulanah, kamu memiliki Tuhan selain aku?’

قَالَتْ : نَعَمْ ؛ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ ، فَأَمَرَ بِبَقَرَةٍ مِنْ نُحَاسٍ فَأُحْمِيَتْ ، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا أَنْ‏ ‏تُلْقَى هِيَ وَأَوْلادُهَا فِيهَا ، قَالَتْ لَهُ : إِنَّ لِي إِلَيْكَ حَاجَةً ، قَالَ : وَمَا حَاجَتُكِ ؟ قَالَتْ : أُحِبُّ أَنْ تَجْمَعَ عِظَامِي وَعِظَامَ وَلَدِي فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ وَتَدْفِنَنَا ، قَالَ : ذَلِكَ لَكِ عَلَيْنَا مِنْ الْحَقِّ ، قَالَ : فَأَمَرَ بِأَوْلادِهَا فَأُلْقُوا بَيْنَ يَدَيْهَا وَاحِدًا وَاحِدًا إِلَى أَنْ انْتَهَى ذَلِكَ إِلَى صَبِيٍّ لَهَا مُرْضَعٍ ، وَكَأَنَّهَا تَقَاعَسَتْ مِنْ أَجْلِهِ ، قَالَ : يَا ‏‏أُمَّهْ ؛‏ ‏اقْتَحِمِي فَإِنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ الْآخِرَةِ ، فَاقْتَحَمَتْ ) . ‏‏قَالَ ‏‏ابْنُ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما : ‏تَكَلَّمَ أَرْبَعَةُ صِغَارٍ : ‏‏عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ‏‏عَلَيْهِ السَّلام ،‏ ‏وَصَاحِبُ ‏جُرَيْجٍ ،‏ ‏وَشَاهِدُ ‏‏يُوسُفَ ‏، ‏وَابْنُ ‏مَاشِطَةِ ابْنَةِ فِرْعَوْنَ . أخرجه الإمام أحمد في ” المسند ” (1/309) ، والطبراني (12280) ، وابن حبان (2903) ، والحاكم (2/496) .

Dia menjawab, ‘Ya! Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.’ 

Lalu Firaun meminta untuk melelehkan patung sapi tembaga, kemudian menyuruh agar dia beserta anak-anaknya dilemparkan ke dalamnya. 

Si Masyīṯah berkata, ‘Saya ada satu permohonan kepadamu.’ 

‘Apa permohonanmu?’ tanya Firaun. 

Dia menjawab, “Saya mohon agar Anda nanti mengumpulkan tulangku dan tulang anak-anakku dalam satu kali lalu tolong kuburkan.’ 

Firaun berkata, ‘Permohonanmu itu menjadi kewajiban kami.’ 

Lalu dia memerintahkan untuk melemparkan anak-anaknya, maka mereka dilemparkan satu persatu di hadapannya hingga tiba giliran anak bayi yang masih disusuinya. Seakan-akan dia ingin mundur karenanya, seketika itu bayinya berbicara, ‘Wahai Ibu, lompatlah! Sesungguhnya siksaan di dunia lebih ringan daripada siksa akhirat.’” 

Ibnu Abbas —Semoga Allah Meridainya— mengatakan bahwa ada empat bayi yang dapat berbicara, yaitu Isa bin Maryam, bayi dalam kasusnya Juraij, saksinya Yusuf, dan anak Masyīṯah Firaun. (HR. Imam Ahmad dalam al-Musnad (1/309), at-Tabarani (12280), Ibnu Hibban (2903) dan al-Hakim (2/496)).

قال الذهبي في ” العلو ” (84) عن: ” هذا حديث حسن الإسناد ” ، وقال ابن كثير في ” التفسير ” (3/15) : ” إسناده لا بأس به ” ، وصحح إسناده العلامة أحمد شاكر في تعليقه على المسند (4/295) ، وقال الأرنؤوط في تخريج المسند (5/30 – 31 رقم 2821) : ” إسناده حسن ، فقد سمع حماد بن سلمة من عطاء قبل الاختلاط عند جمع من الأئمة ” . وبهذا يتبين أن هذه القصة صحيحة ثابتة عن نبينا صلى الله عليه وسلم ، وليست مأخوذة من مصادر يهودية أو نصرانية .

Az-Zahabi berkata dalam al-ʿUluw (84) bahwa hadis ini adalah hadis dengan sanad yang baik. Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (3/15) bahwa sanadnya tidak masalah. Sanadnya dianggap sahih oleh al-ʿAllāmah Ahmad Syakir dalam anotasinya terhadap kitab al-Musnad (4/295). al-Arnaʾūt berkata dalam Takhrīj al-Musnad (5/30-31 no. 2821), “Sanadnya hasan, karena menurut para imam hadis, Hammad bin Salamah mendengar dari ʿAṯhāʾ sebelum hafalannya tercampur.” 

Dengan demikian, jelas bahwa kisah ini sahih dan valid asalnya dari Nabi kita Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam, dan bukan diambil dari sumber-sumber Yahudi atau Kristen.

( المِدْرَى ) : هي حديدة يسوَّى بها شعر الرَّأس .

( فأمَر ببَقَرة من نُحاس فأُحْمِيت ) : قال ابن الأثير في ” النهاية ” (1/145) : قال الحافظ أبو موسى : الذي يقَعُ لي في معناه أنه لا يريد شيئاً مَصُوغا على صورة البَقرة ، ولكنَّه ربَّمَا كانت قِدرا كبيرةً واسعة ، فسماها بقرة ، مأخوذا من التَّبقُّر : التوسع ، أو كان شيئاً يَسع بقَرة تامَّة بِتَوابِلِها فسمِّيت بذلك .

والله أعلم .

“Midrā” adalah besi yang dipakai untuk menyisir rambut. “Lalu dia meminta untuk melelehkan patung sapi tembaga, …” Ibnul Atsīr berkata dalam al-Nihāyah (1/145) bahwa al-Hafiz Abu Musa berkata, “Yang aku pahami bahwa maknanya bukan sesuatu yang berbentuk seperti sapi, tetapi mungkin maksudnya belanga yang sangat besar dan lebar, yang dinamai ‘Baqarah (=sapi)’, yang asal katanya adalah Tabaqqur (=Lebar). Mungkin juga sesuatu yang muat untuk menampung satu sapi utuh beserta bumbu-bumbunya sekalian, sehingga dinamai begitu.” Allah Yang lebih Mengetahui.

Sumber: https://islamqa.info/ar/answers/39678/قصة-ماشطة-ابنة-فرعون

PDF sumber artikel.

Flashdisk Video Belajar Iqro - Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28