Nama dan Nasabnya
Nama dari Ummu Ma’bad adalah Atikah bin Khuwailid bin Khalid. Abdul Malik berkata, “Ummu Ma’bad hijrah menuju Nabi. Kemudian memeluk Islam.”
Pertemuan Singkat
Hubaisy bin Khalid radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwasanya Rasulullah berangkat dari Mekah menuju Madinah bersama Abu Bakar dan budaknya Abu Bakar, Amir bin Fuhairah. Dan penunjuk jalannya adalah Abdullah bin Uraiqith al-Laitsi. Dalam perjalanan mereka melewati kemahnya Ummu Ma’bad al-Khuza’iyah. Saat itu Ummu Ma’bad sedang duduk di kubah pelataran kemahnya.
Rombongan hijrah Nabi bertanya padanya, ingin membeli daging dan kurma darinya. Namun mereka tidak mendapatkannya. Karena ia pun sedang tak memilikinya. Rasulullah melihat kambing di dekat kemahnya. Beliau berkata, “Bagaimana dengan domba ini, Ummu Ma’bad”? Ummu Ma’bad berkata, “Kambing betina tua yang telah ditinggalkan kambing jantan.” Nabi bertanya lagi, “Apakah ia memiliki susu”? “Susunya sangat kering”, jawabnya. Nabi kemudian berkata, “Bolehkah aku memerah susunya”? “Silahkan. Kalau menurutmu ada susu yang bisa diambil”, jawab Ummu Ma’bad.
Kemudian Rasulullah berdoa kepada Allah. Lalu beliau usap susu domba itu sambil mengucap nama Allah dan mendoakannya. Tiba-tiba kambing itu membuka kedua kakinya dan keluarlah air susu dengan derasnya. Nabi meminta wadah lalu memerahnya. Beliau memberi minum Ummu Ma’bad hingga ia merasa kenyang. Lalu memberi rombongannya hingga mereka kenyang. Dan beliau yang terakhir meminumnya. Setelah itu beliau perah lagi hingga wadah susunya penuh. Kemudian meninggalkannya untuk Ummu Ma’bad. Beliau membaiatnya dan pergi dari kemahnya.
Tak lama, datanglah suaminya, Abu Ma’bad. Ia menggiring kambing yang kurus kering, berjalan sempoyongan karena lemahnya. Setelah melihat susu, ia bertanya keheranan, “Darimana air susu ini wahai Ummu Ma’bad? padahal kambing ini sudah lama tidak hamil dan kita pun tidak memiliki persediaan susu di rumah?” Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, tadi lewat seseorang yang penuh berkah. Keadannya demikian dan demikian.” “Coba gambarkan karakteristiknya padaku”! pinta Abu Ma’bad penasaran.
Ummu Ma’bad bercerita, “Aku melihat seorang yang rendah hati. Wajahnya bersinar dan baik akhlaknya. Badannya tegap. Besar kepalanya serasi dengan bentuk badannya. Ia seorang yang sangat tampan. Matanya indah dan lebar. Bagian hitamnya sangat hitam, bagian putihnya sangat putih. Alis dan bulu matanya lebat dan halus. Tubuhnya harum. Dan rambutnya sangat hitam. Lehernya jenjang. Janggutnya lebat. Jika diam, nampaklah kewibawaannya. Jika berbicara nampaklah kehebatannya. Ucapannya tersusun begitu rapi. Ucapannya indah, jelas jedanya, tidak nyerocos.
Dari jauh, ia tampak begitu tampan. Saat dekat, ia adalah seorang yang manis dan begitu tampan. Perawakannya sedang (tidak terlalu tinggi dan tidak pendek). Tingginya tidak membuat yang berbicara dengannya capek. Dan bukan pendek sehingga membuat tertunduk. Ia bagaikan sebuah dahan di antara dua dahan. Di antara ketiga orang itu, penampilannya paling bagus dan kedudukannya paling tinggi. Kalau dia berbicara, yang lain mendengarkan ucapannya. Kalau dia memerintahkan, yang lainnya segera menunaikannya. Teman-temannya sangat menaatinya. Tidak cemberut dan bicaranya tidak sembarangan.”
Abu Ma’bad menanggapi, “Demi Allah, ia adalah seorang dari Quraisy yang sedang diperbin cangkan di kalangan kami di kota Makkah. Aku ingin menjadi sahabatnya. Sungguh aku akan melakukannya jika aku bisa menemukan jalan untuk mendapatkannya.”
Kisah ini diriwayatkan panjang lebar oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir.
Kisah pertemuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Ummu Ma’bad ini banyak dikomentari oleh para ulama. Ada yang mengatakan riwayat ini dhaif. Namun ada pula yang menguatkannya. Di antara komentar tersebut adalah:
Pertama: al-Hakim dalam Mustadrak-nya mengatakan kisah ini sanadnya shahih. Meskipun ia tidak meriwayatkannya.
Kedua: adz-Dzahabi dalam at-Talkhis mengomentari, “Shahih.”
Ketiga: Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah mengatakan, “Diriwayatkan dari jalur-jalur yang saling menguatkan antara satu dengan lainnya.”
Keempat: al-Haitsami mengatakan, “Dalam sanadnya terdapat Abdul Aziz bin Yahya al-Madini. Al-Bukhari dan selainnya menisbatkannya pada kebohongan. Al-Hakim mengatakan ia seorang yang jujur. Dan terdapat rawi yang tidak dikenal dalam sanadnya.
Kelima: Ibnu Taimiyah dalam al-Jawab ash-Shahih mengatakan, “Masyhur.”
Keenam: al-Albani dalam Takhrij Misykah al-Mashabih mengatakan, “Dhaif. Namun bisa mencapai derajat hasan bahkan shahih. Karena banyaknya jalur periwayatannya.”
Datang ke Madinah
Setelah beberapa waktu, Ummu Ma’bad ditemani putranya yang masih kecil datang ke Kota Madinah. Ia melewati masjid Rasulullah. Saat itu Nabi sedang berkhutbah di atas mimbar. Lalu si anak menoleh kepada ibunya dan berkata, “Wahai ibu, sungguh hari ini aku melihat seorang laki-laki yang penuh berkah.” Ummu Ma’bad mengatakan, “Anakku, bagaimana kamu ini? Itu Rasulullah.”
Meriwayatkan Hadits
Ummu Ma’bad berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:
اللهمَّ طهِّرْ قلبي من النفاقِ وعملي من الرياءِ ولساني من الكذبِ وعيني من الخيانةِ ، فإنك تعلمُ خائنةَ الأعيُنِ وما تُخفي الصدورُ
“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan. Amalku dari riya. Lisanku dari dusta. Dan mataku dari khianat. Karena Engkau mengetahui mata-mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam dada.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam al-Ishabah, 4/449. Namun hadits ini tidak shahih sanadnya].
Diterjemahkan secara bebas dari: https://islamstory.com/ar/artical/22090/أم_معبد_الخزاعية
Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com