السؤال
هل بالإمكان أن تشرحوا لي كيف مات الحسن والحسين رضي الله عنهما ؟ وهل كان ليزيد يد في قتلهما ؟
Pertanyaan:
Mungkinkah Anda menjelaskan kepada saya bagaimana meninggalnya Hasan dan Husain —Semoga Allah Meridai mereka—? Apakah Yazid punya andil dalam kematian mereka?
الجواب
الحمد لله.
أولا :
الحسن والحسين ابنا علي رضي الله عنهم ، وحفيدا رسول الله صلى الله عليه وسلم ، من أهل بيت النبوة ، ومن الصحابة الكرام الأطهار ، نتقرب إلى الله تعالى بمحبتهما وموالاتهما – دون مغالاة ، كما يفعل أهل البدع – ونبرأ إلى الله ممن يبغضهما ولا يحبهما .
روى الإمام أحمد (7876) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( مَنْ أَحَبَّهُمَا فَقَدْ أَحَبَّنِي ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمَا فَقَدْ أَبْغَضَنِي ) يَعْنِي حَسَنًا وَحُسَيْنًا .
وصححه الألباني في “الصحيحة” (2895) .
وروى الترمذي (3768) عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( الحَسَنُ وَالحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ ) وصححه الألباني في ” صحيح الترمذي ” .
Jawaban:
Alhamdulillah. Pertama, bahwa Hasan dan Husain adalah anak-anak Ali —Semoga Allah Meridainya— cucu Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam, termasuk Ahli Bait Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam dan bagian dari Sahabat yang suci —Semoga Allah Meridai mereka—yang mana kita beribadah kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā dengan kecintaan dan loyalitas kepada mereka tanpa mengultuskan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli bid’ah. Kita juga berlepas diri kepada Allah dari orang-orang yang membenci dan tidak mencintai mereka.
Imam Ahmad (7876) meriwayatkan dari Abu Hurairah —Semoga Allah Meridainya— yang berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang mencintai mereka berdua, maka dia telah mencintaiku, dan barang siapa yang membenci mereka berdua, maka dia telah membenciku.” Maksudnya adalah Hasan dan Husain. Hadis ini dinilai sahih oleh al-Albani dalam aṣh-Ṣhaẖīẖah (2895).
Tirmidzi (3768) meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri —Semoga Allah Meridainya— yang berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, “Hasan dan Husain adalah dua penghulu para pemuda ahli surga.” Hadis ini dinilai sahih oleh al-Albani dalam Sahih Tirmidzi (2895).
ثانيا :
تقدم في إجابة السؤال رقم : (112051) كيفية مقتل الحسين رضي الله عنه .
ولم يثبت أن يزيد بن معاوية أمر بقتله ولا رضي به ، ولكنه لم يظهر منه بعد قتله إنكار قتله ولا انتصر ممن قتله ، قال شيخ الإسلام رحمه الله :
” وَجَرَتْ فِي إمَارَتِهِ أُمُورٌ عَظِيمَةٌ : – أَحَدُهَا مَقْتَلُ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَهُوَ لَمْ يَأْمُرْ بِقَتْلِ الْحُسَيْنِ ، وَلَا أَظْهَرَ الْفَرَحَ بِقَتْلِهِ ؛ وَلَا نَكَّتَ بِالْقَضِيبِ عَلَى ثَنَايَاهُ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – وَلَا حَمَلَ رَأْسَ الْحُسَيْنِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – إلَى الشَّامِ .
Kedua, telah berlalu jawaban pertanyaan nomor 112051 tentang bagaimana Husain —Semoga Allah Meridainya— terbunuh. Tidak benar bahwa Yazid bin Muawiyah yang memerintah atau menyetujui pembunuhannya. Hanya saja setelah peristiwa pembunuhan itu, ia tidak menampakkan pengingkaran terhadap pembunuhannya tapi juga tidak mendukung orang yang membunuhnya. Syaikhul Islam —Semoga Allah Meridainya— mengatakan bahwa dalam masa pemerintahannya (Yazid) terjadi beberapa peristiwa besar; salah satunya adalah pembunuhan Husain —Semoga Allah Meridainya—
Dia sendiri tidak memerintahkan pembunuhan atas Husain, tidak menunjukkan suka cita atas kematiannya, dan tidak pula berupaya menangkap para pembunuhnya —Semoga Allah Meridainya—
Dia juga tidak pernah membawa kepala Husain —Semoga Allah Meridainya— ke Syam.
لَكِنْ أَمَرَ بِمَنْعِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَبِدَفْعِهِ عَنْ الْأَمْرِ ، وَلَوْ كَانَ بِقِتَالِهِ ؛ فَزَادَ النُّوَّابُ عَلَى أَمْرِهِ ؛ وَحَضَّ الشمرُ بن ذي الْجَوشَن عَلَى قَتْلِهِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زِيَادٍ ؛ فَاعْتَدَى عَلَيْهِ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ ، فَطَلَبَ مِنْهُمْ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنْ يَجِيءَ إلَى يَزِيدَ ؛ أَوْ يَذْهَبَ إلَى الثَّغْرِ مُرَابِطًا ؛ أَوْ يَعُودَ إلَى مَكَّةَ ؟ فَمَنَعُوهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إلَّا أَنْ يَسْتَأْسِرَ لَهُمْ … فَقَتَلُوهُ مَظْلُومًا وطَائِفَةِ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ،وَكَانَ قَتْلُهُ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – مِنْ الْمَصَائِبِ الْعَظِيمَةِ؛ فَإِنَّ قَتْلَ الْحُسَيْنِ ، وَقَتْلَ عُثْمَانَ قَبْلَهُ : كَانَا مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ الْفِتَنِ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ ، وَقَاتلُهُمَا مِنْ شِرَارِ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ .
Namun, dia memang memerintahkan agar pergerakan Husain dicegah dan dilawan, meskipun jika harus memeranginya, hingga semakin banyak pejabat yang mendukung perintah ini. Asy-Syamru bin Dzul Jausyan menghasut Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya. Kemudian, Ubaidillah bin Ziyad menyerangnya, sampai Husain —Semoga Allah Meridainya— meminta kepada mereka agar dia bisa menemui Yazid, pergi berjaga di perbatasan, atau kembali Makkah, tapi mereka mencegahnya —Semoga Allah Meridainya— dan malah menjadikannya sebagai bulan-bulanan mereka. … Mereka membunuhnya secara aniaya beserta beberapa anggota keluarganya —Semoga Allah Meridai mereka—
Peristiwa pembunuhan ini adalah salah satu bencana besar. Terbunuhnya Husain—dan sebelumnya juga ada pembunuhan Ustman—adalah sebab tersebar munculnya fitnah di tengah umat ini dan orang-orang yang membunuh mereka adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah.
وَلَمَّا قَدِمَ أَهْلُهُمْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ، عَلَى يَزِيدَ بْنِ مُعَاوِيَةَ : أَكْرَمَهُمْ ، وَسَيَّرَهُمْ إلَى الْمَدِينَةِ ، وَرُوِيَ عَنْهُ أَنَّهُ لَعَنَ ابْنَ زِيَادٍ عَلَى قَتْلِهِ ، وَقَالَ : كُنْت أَرْضَى مِنْ طَاعَةِ أَهْلِ الْعِرَاقِ بِدُونِ قَتْلِ الْحُسَيْنِ !!
لَكِنَّهُ مَعَ هَذَا لَمْ يَظْهَرْ مِنْهُ إنْكَارُ قَتْلِهِ ، وَالِانْتِصَارُ لَهُ ، وَالْأَخْذُ بِثَأْرِهِ : كَانَ هُوَ الْوَاجِبَ عَلَيْهِ ، فَصَارَ أَهْلُ الْحَقِّ يَلُومُونَهُ عَلَى تَرْكِهِ لِلْوَاجِبِ ، مُضَافًا إلَى أُمُورٍ أُخْرَى .
وَأَمَّا خُصُومُهُ فَيَزِيدُونَ عَلَيْهِ مِنْ الْفِرْيَةِ أَشْيَاءَ ” .
انتهى ، بتصرف واختصار يسير من “مجموع الفتاوى” (3/ 410-411) .
Ketika keluarga mereka —Semoga Allah Meridai mereka— datang menemui Yazid bin Muawiyah, dia memuliakan mereka dan mengawal mereka ke Madinah. Konon katanya, Yazid juga mengutuk Ibnu Ziyad karena telah membunuhnya dengan mengatakan, “Aku menyetujui ketaatan rakyat Irak, kecuali pembunuhan Husain!”
Meskipun demikian, dia tidak tampak mengingkari pembunuhan tersebut, tidak membelanya maupun menegakkan kisas atas kematiannya, padahal dia wajib melakukan hal tersebut. Inilah sebabnya para pengikut kebenaran mengkritisinya karena meninggalkan kewajiban ini, selain karena memang ada alasan-alasan lain. Adapun lawan-lawan si Yazid, mereka menambahkan banyak kedustaan untuk memfitnahnya. Selesai kutipan secara diringkas dari Majmūʾ al-Fatāwā (3/410-411).
وحكى ابن كثير أن يزيد بن معاوية لما جاءه خبر مقتل الحسين وأصحابه دَمَعْتَ عَيْنَاه وَقَالَ : ” قَدْ كُنْتُ أَرْضَى مِنْ طَاعَتِكُمْ بِدُونِ قَتْلِ الْحُسَيْنِ ، لَعَنَ اللَّهُ ابْنَ مَرْجَانَةَ – يعني عبيد الله بن زياد – أَمَا وَاللَّهِ لَوْ أَنِّي صَاحِبُهُ لَعَفَوْتُ عَنْهُ ، وَرَحِمَ اللَّهُ الْحُسَيْنَ ” .
وَلَمَّا وُضِعَ الْحُسَيْنُ بَيْنَ يَدَيْ يَزِيدَ قَالَ: ” أَمَا وَاللَّهِ لَوْ أَنِّي صَاحِبُكَ مَا قَتَلْتُكَ ” .
انتهى من “البداية والنهاية” (11/ 557) .
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa ketika Yazid bin Muawiyah menerima kabar terbunuhnya Husain dan para pengikutnya, matanya berlinang air mata seraya berkata, “Aku menyukai ketaatan kalian, kecuali pembunuhan Husain. Semoga Allah Melaknat Ibnu Marjānah—yakni Ubaidillah bin Ziyad. Demi Allah, seandainya aku membersamainya, tentu aku akan memaafkannya. Semoga Allah Merahmati Husain.” Ketika Husain diletakkan ke hadapan Yazid, dia berkata. “Demi Allah, seandainya aku ada di sampingmu, tentu aku tidak akan membunuhmu.” Selesai kutipan dari al-Bidāyah wa an-Nihāyah (11/557).
ثالثا :
أما الحسن رضي الله عنه : فالمشهور أنه قتل مسموما .
قال الحافظ ابن حجر رحمه الله :
” يقال إنه مات مسموما ، قال ابن سعد : أخبرنا إسماعيل بن إبراهيم أخبرنا ابن عون عن عمير بن إسحاق قال : دخلت أنا وصاحب لي على الحسن بن علي فقال: لقد لفظت طائفة من كبدي وإني قد سقيت السم مرارا فلم أسق مثل هذا ، فأتاه الحسين بن علي فسأله من سقاك ؟ فأبى أن يخبره رحمه الله تعالى ” .
انتهى من “الإصابة” (2 /73) .
Ketiga, adapun tentang Hasan —Semoga Allah Meridainya— maka yang terkenal bahwa dia meninggal karena diracun. Al-Hafiz Ibn Hajar —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa konon dia meninggal karena diracun. Ibnu Saad berkata, “Ismail bin Ibrahim menceritakan kepada kami; Ibnu ʿAun menceritakan kepada kami dari Umair bin Ishaq yang mengatakan, ‘Aku dan salah seorang temanku masuk menemui Hasan bin Ali, lalu dia berkata, “Aku telah memuntahkan sebagian isi perutku, karena aku telah diberi minum racun beberapa kali. Aku belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya.” Ketika Husain bin Ali mendatanginya, dia bertanya kepadanya, “Siapa yang memberimu minum?” Namun, dia menolak untuk memberitahunya.’” Selesai kutipan dari al-Iṣhābah (2/73).
وإسماعيل بن إبراهيم وابن عون ثقتان حافظان ، وعمير بن إسحاق : قال ابن معين في رواية : لا يساوي شيئا ولكن يكتب حديثه ، وقال عثمان الدارمي : قلت لابن معين : كيف حديثه ؟ قال : ثقة . وقال النسائي ليس به بأس . وذكره ابن حبان في الثقات .
“تهذيب التهذيب” (8 /127) .
وقال قتادة : ” قال الحسن للحسين: ” قد سقيت السم غير مرة ، ولم أسق مثل هذه ، إني لأضع كبدي ” فقال: من فعله ؟ فأبى أن يخبره “. انتهى من “سير أعلام النبلاء” (3 /274) .
Ismail bin Ibrahim dan Ibnu ʿAun adalah perawi tepercaya dan bagus hafalannya. Ibnu Maʿīn berkata dalam sebuah riwayat, “Tidak dianggap, tapi hadisnya boleh ditulis.” Utsman ad-Darimi berkata, “Aku berkata kepada Ibnu Maʿīn, ‘Bagaimana hadisnya?’ Dia berkata, ‘Tepercaya.'” An-Nasai berkata, “Tidak ada masalah padanya.” Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqāt. Tahdzīb at-Tahdzīb (8/127). Qatadah berkata bahwa Hasan berkata kepada Husain, “Saya telah diberi minuman beracun lebih dari satu kali. Aku belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya. Aku sudah memuntahkan isi perutku.” Husain berkata, “Siapa yang melakukannya?” Namun dia menolak memberitahunya. Selesai kutipan dari Siyar A`lam al-Nubala’ (3/274).
ثم اختلف فيمن دس إليه السم ؟ فقيل : زوجته جعدة بنت الأشعث ، بإيعاز من يزيد بن معاوية ، وقيل : بإيعاز من معاوية نفسه ، وقيل : بإيعاز من نفسها ، وقيل من أبيها ، ولا يصح من هذا شيء ، بل كله منكر ، وأنكرُه قول من قال : بإيعاز من معاوية .
قال ابن الأثير في “أسد الغابة” (2/ 13):
” وكان سبب موته أن زوجته جعدة بنت الأشعث بن قيس سقته السم ، فمات منه ، ولما اشتد مرضه قال لأخيه الحسين رضي الله عنهما : يا أخي سقيت السم ثلاث مرات ، لم أسق مثل هذه ، إني لأضع كبدي ، قال الحسين: من سقاك يا أخي؟ قال: ما سؤالك عن هذا ؟ أتريد أن تقاتلهم ؟ أكلهم إلى الله عز وجل ” .
Ada perbedaan pendapat tentang siapa yang yang menyuruh untuk meracuninya? Ada yang bilang, istrinya, Ja`dah binti al-Asyʿats atas perintah Yazid bin Muawiyah. Ada yang mengatakan, “Itu langsung atas perintah dari Muawiyah sendiri.” Ada juga yang mengatakan, “Itu atas kemauannya (Ja`dah) sendiri,” atau katanya bapaknya yang menyuruhnya. Semua ini tidak dilandasi dengan riwayat yang sahih, bahkan semua riwayatnya mungkar.
Pendapat yang mengatakan itu atas perintah Muawiyah adalah mungkar. Ibnul Atsīr berkata dalam Asad al-Ghabah (13/2) bahwa sebab kematiannya adalah karena istrinya, Ja`dah binti al-Asyʿats bin Qais, yang memberinya minuman beracun. Dia meninggal karena racun ini. Ketika sakitnya sudah bertambah parah, dia berkata kepada saudaranya, Husain, “Saudaraku, aku telah diberi minuman beracun tiga kali. Aku belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya. Aku sudah memuntahkan isi perutku.” Dia berkata, “Siapa yang memberimu minum, wahai saudaraku?” Dia menjawab, “Apa maksudmu menanyakan ini? Apakah kamu ingin memerangi mereka? Aku serahkan mereka kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā saja.”
وقال ابن كثير في ” البداية والنهاية ” (11/ 208):
” وَرَوَى بَعْضُهُمْ أَنَّ يَزِيدَ بْنَ مُعَاوِيَةَ بَعْثَ إِلَى جَعْدَةَ بِنْتِ الْأَشْعَثِ أَنْ سُمِّي الْحَسَنَ وَأَنَا أَتَزَوَّجُكِ بَعْدَهُ ، فَفَعَلَتْ ، فَلَمَّا مَاتَ الْحَسَنُ بَعَثَتْ إِلَيْهِ ، فَقَالَ : إِنَّا وَاللَّهِ لَمْ نَرْضَكِ لِلْحَسَنِ ، أَفَنَرْضَاكِ لِأَنْفُسِنَا ؟
وَعِنْدِي أَنَّ هَذَا لَيْسَ بِصَحِيحٍ ، وَعَدَمُ صِحَّتِهِ عَنْ أَبِيهِ مُعَاوِيَةَ بِطَرِيقِ الْأُولَى وَالْأَحْرَى ” .
وقال الذهبي رحمه الله :
” قال ابن عبد البر: قال قتادة وأبو بكر بن حفص: سم الحسنَ زوجته بنت الأشعث بن قيس ، وقالت طائفة: كان ذلك بتدسيس معاوية إليها ، وبذل لها على ذلك ، وكان لها ضرائر، قلت : هذا شيء لا يصح ؛ فمن الذي اطلع عليه ؟ ” .
انتهى من ” تاريخ الإسلام ” (4 /40) .
Ibnu Katsir dalam al-Bidāyah wa an-Nihāyah (11/208) mengatakan bahwa sebagian dari mereka meriwayatkan bahwa Yazid bin Muawiyah menyampaikan pesan kepada Ja`dah binti al-Asyʿats agar dia meracuni Hasan dan berkata, “Aku akan menikahimu setelah itu.” Dia lantas melakukannya. Ketika Hasan meninggal, dia menyampaikan pesan kepadanya, lalu dia menjawab, “Demi Allah, aku tidak senang kamu menjadi milik Hasan, lalu apakah aku akan senang kamu menjadi milikku?”
Menurutku, riwayat ini tidaklah sahih, demikian juga tidak sahih riwayat tentang ayahnya, Muawiyah, dari lajur pertama dan yang lainnya. Az-Zahabi —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa Ibnu Abdil Barr berkata, “Qatadah dan Abu Bakar bin Hafs berkata bahwa Hasan diracuni oleh istrinya, Binti al-Asyʿats bin Qais.”
Sebagian orang berpendapat bahwa itu karena perintah dari Muawiyah kepadanya dan memberinya bayaran atas hal itu. Dia adalah wanita yang punya beberapa madu. Aku katakan bahwa riwayat ini tidak sahih. Siapa yang bisa melihatnya? Selesai kutipan dari Tārīkh al-Islām (4/40).
وقال ابن خلدون رحمه الله :
” وما نقل من أن معاوية دس إليه السم مع زوجته جعدة بنت الأشعث ، فهو من أحاديث الشيعة ، حاشا لمعاوية من ذلك ” .
انتهى من ” العبر وديوان المبتدأ والخبر” (2/187) .
وقال الشيخ عثمان الخميس :
” المشهور أن الحسن مات مسموما ، لكن لا يعلم إلى اليوم من الذي وضع له السم ، الله أعلم ” .
Ibnu Khaldun —Semoga Allah Merahmatinya— berkata, “Riwayat bahwa Muawiyah memerintahkan untuk meracuninya melalui istrinya, Ja`dah binti al-Asyʿats, adalah dari riwayat-riwayat dari Syiah. Muawiyah sama sekali tidak akan berbuat demikian.” Selesai kutipan dari al-ʿIbar wa Dīwān al-Mubtadaʾ wa al-Khabar (2/187).
Syekh Utsman al-Khamis berkata bahwa Hasan diketahui meninggal karena diracun, tetapi hingga saat ini belum diketahui siapa yang memberikan racun kepadanya. Allah Yang lebih Mengetahui.”
ولعل الراجح أنه مات كما يموت الناس موتا عاديا لم يسمّه أحد .
قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنْ رَقَبَةَ بْنِ مِصْقَلَةَ قَالَ : ” لَمَّا حُضِرَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: أَخْرِجُونِي إِلَى الصَّحْنِ حَتَّى أَنْظُرَ فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ ، فَأَخْرَجُوا فِرَاشَهُ ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ ، فَنَظَرَ ، فَقَالَ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَحْتَسِبُ نَفْسِي عِنْدَكَ ، فَإِنَّهَا أَعَزُّ الْأَنْفُسِ عَلَيَّ. قَالَ: فَكَانَ مِمَّا صَنَعَ اللَّهُ لَهُ أَنَّهُ احْتَسَبَ نَفْسَهُ عِنْدَهُ .
Mungkin yang lebih tepat bahwa dia —Semoga Allah Meridainya— meninggal sebagaimana orang lain, meninggal seperti biasa tanpa ada yang meracuninya. Sufyan bin Uyainah berkata dari Raqabah bin Miṣhqalah yang berkata bahwa menjelang wafatnya Hasan bin Ali, dia berkata, “Bawalah aku keluar ke halaman agar aku dapat melihat kerajaan langit.” Kemudian, mereka mengeluarkan tempat tidurnya, lalu dia menengadahkan kepalanya lalu memandang seraya berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mengharapkan pahala di sisi-Mu atas (dicabutnya) nyawaku ini, karena nyawaku adalah hal yang paling berharga bagiku!” Perawi mengatakan, “Di antara yang Allah Lakukan kepadanya adalah Memberi pahala di sisi-Nya atas (dicabutnya) nyawanya.”
… وقَالَ أَبُو نُعَيْمٍ : لَمَّا اشْتَدَّ بِالْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ الْوَجَعُ : جَزِعَ، فَدَخَلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، مَا هَذَا الْجَزَعُ؟ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ تُفَارِقَ رُوحُكَ جَسَدَكَ فَتَقْدَمَ عَلَى أَبَوَيْكَ عَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ، وَعَلَى جَدَّيْكَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَدِيجَةَ، وَعَلَى أَعْمَامِكَ حَمْزَةَ وَجَعْفَرٍ، وَعَلَى أَخْوَالِكَ الْقَاسِمِ وَالطَّيِّبِ وَمُطَهِّرٍ وَإِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى خَالَاتِكَ رُقَيَّةَ وَأُمِّ كُلْثُومٍ وَزَيْنَبَ. قَالَ: فَسُرِّيَ عَنْهُ.
وقَالَ يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى ، ثَنَا سُفْيَانُ ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قُتِلَ عَلِيٌّ وَهُوَ ابْنُ ثَمَانٍ وَخَمْسِينَ سَنَةً ، وَمَاتَ لَهَا حَسَنٌ ، وَقُتِلَ لَهَا الْحُسَيْنُ. رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ .
انظر : “البداية والنهاية” (11/ 209-212) .
… Abu Nu’aim berkata bahwa ketika sakit Hasan bin Ali —Semoga Allah Meridainya— semakin bertambah parah, dia merasa ketakutan, lalu seseorang masuk menemuinya dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Muhammad, kenapa takut? Ini ‘kan hanya perpisahan antara rohmu dengan jasadmu, lalu engkau akan menemui kedua orang tuamu, Ali dan Fatimah, dan kakek dan nenekmu, Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam dan Khadijah, serta paman-pamanmu (dari jalur ayah), si Hamzah dan Jaʿfar, dan paman-pamanmu (dari jalur ibu), si al-Qasim, Ṯayyib, Muṯahhir, dan Ibrahim, demikian pula bibi-bibimu, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Zainab.” Perawi mengatakan, “Setelah itu dia menjadi tenang.” Yakub bin Sufyan berkata, “Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami; Sufyan menceritakan kepada kami dari Jafar bin Muhammad dari ayahnya yang mengatakan bahwa Ali —Semoga Allah Meridainya— dibunuh ketika dia berusia 58 tahun. Adapun Hasan meninggal, sementara Husain dibunuh —Semoga Allah Meridai mereka— Lihat: al-Bidāyah wa an-Nihāyah (11/209-212).
وهذا إسناد صحيح ، ومحمد هو ابن علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب ، وهو أعلم بهذا الشأن ، وقوله مات الحسن ، مع قوله قتل علي وقتل الحسين ، مشعر بأنه مات كما يموت الناس .
ولعل هذا القول أرجح وأسلم من اتهام بريء بهذا الذنب العظيم ، وأبعد عن تسريب التهمة إلى من قد يكون أبعد الناس عنها .
Sanad riwayat ini sahih. Muhammad adalah putra Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dia adalah orang yang lebih mengetahui masalah ini. Perkataannya bahwa Hasan meninggal dan Ali dan Husain terbunuh, mengisyaratkan bahwa dia meninggal sebagaimana umumnya orang meninggal. Barangkali ini adalah pendapat yang lebih tepat, lebih selamat daripada menuduh orang yang tidak bersalah melakukan dosa besar ini, dan lebih jauh dari menyematkan tuduhan kepada orang yang mungkin sama sekali tidak melakukannya.
وقال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : ” وأما قوله: ” إن معاوية سم الحسن ” فهذا مما ذكره بعض الناس ، ولم يثبت ذلك ببينة شرعية ، أو إقرار معتبر، ولا نقل يجزم به ، وهذا مما لا يمكن العلم به ، فالقول به قول بلا علم. وقد رأينا في زماننا من يقال عنه : إنه سم ، ومات مسموما ، من الملوك وغيرهم ، ويختلف الناس في ذلك ، حتى في نفس الموضع الذي مات فيه ذلك الملك ، والقلعة التي مات فيها، فتجد كلا منهم يحدث بالشيء بخلاف ما يحدث به الآخر، ويقول: هذا سمه فلان ، وهذا يقول: بل سمه غيره لأنه جرى كذا، وهي واقعة في زمانك ، والذين كانوا في قلعته هم الذين يحدثونك ” انتهى من “منهاج السنة” (4/ 469)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah —Semoga Allah Merahmatinya— berkata, “Adapun pendapat bahwa Muawiyah meracuni Hasan, inilah yang dikatakan sebagian orang. Hanya saja, itu tidak dilandasi dengan bukti yang sesuai syariat, keputusan yang diterima, atau riwayat yang meyakinkan. Ini termasuk perkara yang tidak bisa diketahui, jadi mengatakan demikian berarti berkata tanpa ilmu.
Kita dapati di zaman kita ini orang-orang yang berkata tentangnya —Semoga Allah Meridainya— bahwa dia diracun dan meninggal karena racun yang dilakukan oleh raja ini itu dan lain-lain. Orang-orang bersilang pendapat tentang hal itu, sampai mengenai tempat di mana orang mulia ini meninggal dan istana mana yang menjadi tempatnya meninggal. Anda akan dapati masing-masing dari mereka menceritakan sesuatu yang berbeda dari apa yang diceritakan oleh pihak yang lain. Ada yang bilang, “Dia diracuni oleh si fulan.” yang lain mengatakan bahwa dia diracuni orang lain karena terjadi demikian dan demikian. Ini adalah kejadian di zaman Anda, dan orang-orang yang berada di istananya itulah yang mengabarkannya kepada Anda. Selesai kutipan dari Minhāj as-Sunnah (4/469).
وقال أبو بكر بن العربي المالكي رحمه الله :
” فإن قيل : قد دس – يعني معاوية – على الحسن من سمه ؟
قلنا : هذا محال من وجهين :
أحدهما : أنه ما كان ليتقي من الحسن بأسًا ، وقد سلم الأمر.
الثاني : أنه أمر مغيب لا يعلمه إلا الله ، فكيف تحملونه – بغير بينة – على أحد من خلقه ، في زمان متباعد لم نثق فيه بنقل ناقل ، بين أيدي قوم ذوي أهواء ، وفي حال فتنة وعصبية ، ينسب كل واحد إلى صاحبه ما لا ينبغي ، فلا يقبل منها إلا الصافي ، ولا يسمع فيها إلا من العدل المصمم ” .
انتهى من ” العواصم من القواصم ” (ص 213-214) .
والله أعلم .
Abu Bakar bin al-Arabi al-Maliki —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa jika ada yang mengatakan, “Apakah dia—maksudnya Muawiyah— yang meracuni Hasan?”
Kami jawab bahwa itu tidak mungkin dari dua sisi. Pertama, bahwa dia tidak merasa terancam oleh Hasan. Pun dia telah menerima kekhilafahan. Kedua, bahwa itu termasuk perkara gaib yang hanya diketahui oleh Allah. Bagaimana Anda menuduh—tanpa bukti—salah seorang dari makhluk-Nya melakukannya? Padahal jarak zamannya sudah jauh sehingga kita tidak bisa lagi mempercayai riwayat orang menyampaikan riwayat, sementara ada banyak orang yang memperturutkan hawa nafsu mereka, dan di tengah fitnah perselisihan dan fanatisme golongan, di mana masing-masing mengatakan tentang orang lain dengan sesuatu tidak seharusnya. Jadi, tidak boleh ada yang diterima kabarnya kecuali orang yang bersih. Tidak boleh didengar riwayatnya kecuali orang yang jujur dan kokoh imannya. Selesai kutipan dari al-ʿAwāṣhim min al-Qawāṣhim halaman 213-214. Allah Yang lebih Mengetahui.
Sumber:
islamqa.info/ar/answers/212389/كيف-مات-الحسن-وكيف-مات-الحسين—رضي-الله-عنهما