Kisah Pilihan

Satu Bulan Sebelum Rasulullah Wafat

Kenikmatan yang dirasakan manusia di dunia ini ada dua macam. Kenikmatan jasmani dan kenikmatan rohani. Dari dua nikmat ini, Allah Ta’ala meletakkan untuk para wali dan kekasihnya kenikmatan rohani sebagai puncak kenikmatan. Mengapa?

Karena nikmat jasmani itu kenikmatan yang terbatas. Kenikmatan jasmani itu akan berkurang nilainya seiring bertambahnya usia. Seiring melemahnya jasmani manusia itu sendiri. Makanan yang nikmat dimakan saat usia 30 tahun, tidak lagi menjadi kenikmatan saat di usia 60 tahun. Demikian juga jalan-jalan, wisata, dan traveling. Semua kenikmatan itu akan berkurang seiring kemampuan fisik manusia.

Berbeda dengan nikmat rohani, semakin manusia melatih dirinya untuk menikmati sholat, dzikir, berdoa, berdiam di masjid dan ibadah-ibadah lainnya. Semakin bertambah usia dan semakin sering manusia membiasakannya, semakin besar juga kemampuan seseorang merasakan kenikmatan tersebut. 

Gambarannya adalah sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Kurang lebih satu bulan sebelum wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar di tengah malam bersama mantan budak beliau, Abu Muwaihibah radhiallahu ‘anhu. Beliau mengatakan, 

يَا أَبَا مُوَيْهِبَةَ إِنِّي قَدْ أُمِرْتُ أَنْ أَسْتَغْفِرَ لِأَهْلِ الْبَقِيعِ فَانْطَلِقْ مَعِي

“Abu Muwaihibah, aku diperintahkan untuk memohonkan ampunan kepada mereka yang dimakamkan di Baqi’. Ayo pergi bersamaku ke sana.” Keduanya pun pergi.

Setibanya di Pemakaman Baqi’, Rasulullah mengucapkan, 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْمَقَابِرِ لِيَهْنِ لَكُمْ مَا أَصْبَحْتُمْ فِيهِ مِمَّا أَصْبَحَ فِيهِ النَّاسُ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا نَجَّاكُمْ اللَّهُ مِنْهُ أَقْبَلَتْ الْفِتَنُ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يَتْبَعُ أَوَّلُهَا آخِرَهَا الْآخِرَةُ شَرٌّ مِنْ الْأُولَى

“Keselamatan untuk kalian orang-orang yang dimakamkan. Beruntunglah kalian dengan apa yang terjadi pada kalian dibanding apa yang terjadi pada manusia. Seandainya kalian mengetahui kalau Allah telah menyelamatkan kalian dari apa yang terjadi karena ujian-ujian datang bagaikan potongan malam yang gelap. Ujian yang tiada hentinya. Setiap ujian yang baru, lebih buruk dari sebelumnya.”

Setelah itu Nabi menoleh pada Abu Muwaihibah dan berkata, 

يَا أَبَا مُوَيْهِبَةَ إِنِّي قَدْ أُوتِيتُ مَفَاتِيحَ خَزَائِنِ الدُّنْيَا وَالْخُلْدَ فِيهَا ثُمَّ الْجَنَّةَ وَخُيِّرْتُ بَيْنَ ذَلِكَ وَبَيْنَ لِقَاءِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ وَالْجَنَّةِ

“Abu Muwaihibah, sungguh aku diberi pilihan antara memilih kunci-kunci perbendaharaan dunia dan kekal di dalamnya kemudian dimasukkan ke surga. Atau memilih berjumpa dengan Rabbku Azza wa Jalla dan surga.”

Abu Muwaihibah menanggapi,

بِأَبِي وَأُمِّي فَخُذْ مَفَاتِيحَ الدُّنْيَا وَالْخُلْدَ فِيهَا ثُمَّ الْجَنَّةَ

“Atas nama ayah dan ibuku, pilihlah kunci-kunci perbendaharaan dunia, kekal di dalamnya, kemudian masuk surga.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan pilihannya,

لَا وَاللَّهِ يَا أَبَا مُوَيْهِبَةَ لَقَدْ اخْتَرْتُ لِقَاءَ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ وَالْجَنَّةَ

“Tidak. Demi Allah, wahai Abu Muwaihibah. Sungguh aku telah memilih perjumpaan dengan Rabbku Azza wa Jalla dan surga.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan ampunan untuk yang dimakamkan di Baqi’. Setelah itu beranjak dari sana. [HR. Ahmad 15425].

Pelajaran:

Rasulullah ditawarkan seluruh kenikmatan yang ada di dunia, hidup kekal di dalamnya, kemudian saat wafat akan masuk surga. Ini adalah Impian manusia. Hidup suka ria dan mati masuk surga. Namun Rasulullah tidak memilih itu. Beliau lebih merasakan kenikmatan Rohani sebagai kenikmatan sejati. Yaitu berjumpa dengan Allah dan saudara-saudara beliau dari kalangan para nabi dan rasul yang lainnya.

Oleh karena itu, sejak sekarang kita perlu melatih diri memindahkan kemampuan kita dalam merasakan kenikmatan. Dari kenikmatan jasmani menuju kenikmatan rohani.

Flashdisk Video Belajar Iqro - Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28