Pertanian memiliki peran yang penting dalam sejarah peradaban Islam. Pertanian adalah salah satu piranti yang menjaga keseimbangan daulah Islam selama qurun yang panjang. Hal ini ditinjau dari sisi fungsinya memenuhi kebutuhan gizi di berbagai wilayah Islam.
Perhatian Umat Islam Terhadap Pertanian
Perhatian umat Islam terhadap pertanian didorong oleh arahan AlQuran Hal ini tersirat dalam firman Allah Ta’ala yang memerintahkan para hamba-Nya untuk berusaha di muka bumi, makan darinya, dan menikmati rezeki yang datang darinya (hasil bumi). Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [Quran Al-Mulk: 15]
Allah Ta’ala juga menjelaskan tentang faidah pertanian di banyak ayat. Di antaranya firman-Nya,
وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ • وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ • لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? [Quran Yasin: 33-35].
Demikian juga bimbingan nabawi yang menjelaskan tentang urgensi memakmurkan bumi dan jangan membiarkannya sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَزْرَ غْهَا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَزْرَ عَهَا وَعَجَزَ عَنْهَا فَلْيَمْنَحْهَا أَخَاهُ الْمُسلِمَ وَلاَ يُؤَاجِرْهَاإِيَّاهُ
“Barang siapa memiliki sebidang tanah, maka hendaknya ia menggarap dan menanaminya. Dan bila ia tidak bisa menanaminya atau telah kerepotan untuk menanaminya, maka hendaknya ia memberikannya kepada saudaranya sesama muslim. Dan tidak pantas baginya untuk menyewakan tanah tersebut kepada saudaranya.” [Riwayat Bukhari hadits no. 2215 dan Muslim hadits no. 1536].
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“tidaklah seorang Muslim yang menanam tanaman atau bertani, lalu ia memakan hasilnya atau orang lain dan binatang ternak yang memakan hasilnya, kecuali semua itu dianggap sedekah baginya” [HR. Al Bukhari 2320].
Firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini memotivasi kaum muslimin untuk menaruh perhatian mengembangkan dunia pertanian. Seperti membuat penampungan air, menggali sumur, membuat kanal, sungai, dan irigasi. Kemudian mengembangkan metode penyerbukan dan pemupukan untuk meningkatkan produksi mereka. Setelah itu, barulah orang-orang mengadopsi teknik-teknik pertanian umat Islam ini. Kemudian mengembangkannya di era modern sekarang.
Karya Tulis Ilmuan Muslim Tentang Pertanian
Di antara bentuk perhatian dan semangat menyebarkan pengetahuan tentang pertanian, ilmuan muslim menuliskan penemuan mereka di bidang pertanian menjadi sebuah buku. Seperti:
• Buku asy-Syajar oleh Ibnu Khaluyah.
• Al-Fallah wa al-‘Imarah oleh Ali bin Muhammad Sa’d.
• Al-Fallah oleh Ibnu Wahsyiyah.
• An-Nabat oleh Ibnu Hanifah ad-Dinuri.
• Az-Zar’ oleh Abu Ubaidah al-Bashri.
• An-Nabat wa asy-Syajar oleh Abu Said al-Ashma’i. Ia menuliskan jenis-jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Jenis-jenis tumbuhan; pertumbuhannya, reproduksi, kekuatan, dan bunganya. Ia mengategorikan jenis kelamin tanaman; berkelamin gandan dan tunggal. Rasa buahnya; manis dan asam. Tempat tumbuhnya; mana yang tumbuh di tempat landau dan mana yang di pasir. Ia juga menyebutkan 280 nama dari tanaman.
Pertanian dan Farmasi Bagaikan Dua Sisi Mata Uang
Seiring berkembangnya pertanian, bangsa Arab dan umat Islam pun tertarik dengan botani sebagai sumber pengobatan. Asumsi ini mendorong lahirnya banyaknya penelitian yang dibuat dalam karya tulis dan dinamakan al-Mufradat ath-Thabiyyah. Suatu penelitian yang khusus mengkaji tetumbuhan sebagai sumber obat.
Peradaban Arab dan ensiklopedia peninggalan zaman Abbasiyah membantu membangun pengetahuan kaum muslimin tentang berbagai varian tanaman. Mereka menglasifikasikan tanaman ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Di bidang ekologi tanaman, para ilmuwan Arab mewariskan banyak konsep yang menunjukkan pemahaman mendalam mereka tentang sifat-sifat tanah, topografi, salinitas, dan komposisi fisik.
Orang Arab juga mengakui apa yang sekarang disebut faktor alam atau pengaruh lingkungan. Mereka menyadari bahwa ada atau tidak adanya tanaman tertentu dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya spesies lain. Dan karakteristik tanah juga dapat menentukan spesies endemik. Bermula dari ayat-ayat yang memerintahkan mencari penghidupan dengan bercocok tanam, kaum muslimin mengadakan penelitian hingga sejauh ini. Bagaimana Alquran mendorong umat Islam untuk maju dan membukakan tahap demi tahap tangga ilmu pengetahuan.
Teknik Pertanian dan Kontribusi Umat Islam
Di bidang teknik pertanian, umat Islam mewariskan peninggalan besar. Seperti: bagaimana menggunakan bajak, kincir air, alat penumbuk, dan alat untuk mengangkat air dari sungai. Orang-orang muslim Andalusia memanfaatkan angin untuk menggerakkan alat penggiling biji-bijian dan mengangkut air untuk menyirami tanaman. Kemudian orang-orang Eropa mengadopsi teknologi ini untuk kebutuhan mereka dan juga teknologi lainnya.
Umat Islam telah memberi manfaat bagi seluruh dunia dengan kontribusi besar di berbagai bidang. Tidak ketinggalan juga dalam bidang pertanian.
Pertanian dan Kekuatan Peradaban Islam
Dengan perhatian mereka pada bidang ini, orang-orang Arab dan Muslim telah mempertahankan ketahanan pangan dan interaksi sosial mereka selama berabad-abad. Sampai akhirnya kondisi peradaban kaum muslimin memburuk dan malah berbalik menjadi tergantung pada orang lain dalam makanan dan obat-obatan mereka.
Tentu kita sangat berharap, umat ini kembalinya ke masa keemasan mereka sebelumnya. Masa dimana mereka mampu menguasai sains dan berbagai bidang yang memberi mereka swasembada pertanian. Masa yang membuat umat ini tidak bergantung pada bangsa lainnya.
Diterjemahkan dengan bebas dari https://islamstory.com/ar/artical/3409172/الزراعة-في-الحضارة-الاسلامية